JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Kisah keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam sejarah berdirinya Kerajaan Singasari. Keris Empu Gandring ini jadi legenda senjata pusaka yang memiliki kutukan korban tujuh turunan dari keluarga Kerajaan Singasari.
Konon diceritakan Empu Gandring membuat senjata ini dengan bongkahan meteor yang jatuh dari langit. Dalam legenda itu, Ken Arok meminta Empu Gandring membuat keris ini hanya dalam waktu semalam saja, padahal pembuatan sebilah keris biasanya membutuhkan waktu dua hingga tiga bulan.
Namun, Empu Gandring menyanggupi permintaan Ken Arok yang biasanya mustahil dilakukan itu.
Dilansir dari Sindonews, Empu Gandring menggunakan kekuatan gaib untuk menyelesaikan tugas dari Ken Arok itu. Dia melakukan sejumlah ritual sebelum memilih bahan untuk membuat sebilah keris bertuah untuk Ken Arok.
Keris itu dibuat dengan bahan batu meteor yang jatuh dari langit, dan dicelup ke bisa ular dalam proses pembuatannya. Saat Empu Gandring tengah menyelesaikan pembuatan sarungnya, Ken Arok datang untuk mengambil keris tersebut karena waktu yang ditentukan sudah tiba.
Ironisnya, Empu Gandring menjadi korban pertama keris bertuah buatannya setelah Ken Arok menusuk pandai besi itu karena dianggap tak menyelesaikan keris tersebut tepat waktu. Pasalnya, Empu Gandring belum menyelesaikan sarung keris tersebut.
Dalam kondisi sekarat, Empu Gandring mengucapkan kutukan, mengatakan bahwa keris tersebut akan meminta tumbal nyawa tujuh turunan dari Ken Arok.
Setelah Empu Gandring, Ken Arok menggunakan keris itu untuk membunuh Bupati Tumapel Tunggul Ametung untuk merebut istrinya, Ken Dedes.
Perilaku keji Ken Arok itu dilakukannya karena mendengar ramalan dari Brahmana Lohgawe, yang mengatakan bahwa: "barang siapa yang memperistri Ken Dedes akan menjadi Raja Dunia".
Sebelum membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok meminjamkan keris itu pada temannya Kebo Ijo untuk mengesankan bahwa keris itu bukan miliknya. Kebo Ijo membawa-bawa keris Ken Arok kemana-mana, sehingga saat Tunggul Ametung tewas, Kebo Ijo dianggap sebagai pembunuhnya dan dihabisi.
Setelah kematian Tunggul Ametung, Ken Arok akhirnya memperistri Ken Dedes dan mengambil alih jabatannya sebagai kepala daerah Tumapel. Dia kemudian memperluas wilayah Tumapel dengan menaklukkan Kerajaan Kediri, dan akhirnya mendirikan Kerajaan Singasari.
Tetapi setelah lama ditutupi, Anusapati, putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes akhirnya mengetahui mengenai pembunuhan ayahnya. Rupanya Ken Dedes sendiri yang menceritakan pembunuhan Tunggul Ametung pada Anusapati.
Mendengar hal ini, Anusapati pun dikuasai amarah dan bertekad membalas dendam pada Ken Arok. Anusapati merancang pembalasan dendam dan meminta bantuan dari pendekar kepercayaannya, Ki Pangalasan.
Ken Arok yang teringat akan kutukan Empu Gandring sempat berusaha memusnahkan keris sakti itu, namun senjata itu justru berakhir di tangan Anusapati. Keris itu diserahkan Anusapati kepada Ki Pangalasan yang kemudian menggunakannya untuk membunuh Ken Arok.
Setelah Ken Arok tewas, Anusapati menggunakan keris tersebut untuk membunuh Ki pangalasan guna menghilangkan jejak. Anusapati kemudian mengambilalih takhta Kerajaan Singasari menggantikan Ken Arok.
Pemerintahan Anusapati tak berlangsung lama karena putra Ken Arok, Tohjaya, menuntut balas kematian ayahnya.
Suatu ketika, Ken Arok mengamati pusaka kerajaan di kamarnya sendirian. Salah satu pusaka adalah keris buatan Empu Gandring tanpa sarung. Kemudian, dirinya melihat ada ceceran daerah pada keris tersebut hingga membuatnya ketakutan dan mendengar suara gaib dari keris tersebut yang meminta tumbal.
Memanfaatkan kegemaran Anusapati pada sabung ayam, Tohjaya mengambil keris Empu Gandring dari Anusapati dan langsung membunuhnya. Setelah membunuh Anusapati, Tohjaya kini menguasai takhta Singasari.
Masa pemerintahan Tohjaya diwarnai ketidakpuasan rakyat yang memicu pemberontakan dan perang yang menewaskan Tohjaya. Setelah perang berakhir, Ranggawuni mengambil alih Kerajaan Singasari, menmunculkan apa yang disebut sebagai masa damai kerajaan itu.
Keris Empu Gandring sendiri tidak diketahui keberadaannya setelah kematian Tohjaya, meski beberapa sumber spiritual meyakini keris tersebut tidak musnah atau hancur. Legenda lain menyebutkan bahwa keris itu diambil oleh raja Jawa yang memiliki kesaktian luar biasa untuk memusnahkan keris itu dibuang ke kawah Gunung Kelud di Jawa Timur.
Sehingga menurut legenda, kutukan Mpu Gandring, orang yang terbunuh oleh Keris Mpu Gandring sebanyak tujuh orang.
Korban Keris Mpu Gandring itu di antaranya, Mpu Gandring, Tunggul Ametung, Kebo Ijo, Ken Arok, Ki Pengalasan, Anusapati, dan Tohjaya.
Editor : Arbi Anugrah