get app
inews
Aa Text
Read Next : Kebumen Half Marathon 2024, Daop 5 Purwokerto Kasih Diskon Tiket KA 10%, Ini Syaratnya

Ritual Tradisi Cowongan, Upacara Memanggil Hujan di Banyumas

Senin, 29 Agustus 2022 | 12:20 WIB
header img
Ritual tradisi Cowongan oleh masyarakat Banyumas. Foto: Screenshot Video Instagram @ir_achmadhusein

BANYUMAS, iNewsPurwokerto.id - Cowongan merupakan seni tradisional yang dilakukan oleh para leluhur saat terjadi kemarau panjang di Kabupaten Banyumas. Upacara Cowongan dilakukan untuk memanggil bidadari yang bertujuan membantu menurunkan air hujan dari langit. 

Menurut Titut Edi Purwanto selaku petani dan pelaku seni tradisional Desa Pangepatan, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, menjelaskan bahwa ritual Cowongan terjadi saat musim kemarau dan dilakukan secara turun temurun. Sedangkan yang terlibat dalam Upacara tersebut adalah hampir semua para petani. Pada tahun 1980an, ritual Cowongan sudah hampir punah. 

"Pelaku yang terlibat dalam upacara Cowongan adalah hampir semuanya dari para petani di desa. Ritual tersebut dilakukan sebagai bentuk perlakuan petani di wilayah yang sawah atau tanahnya sulit dialiri air ketika kemarau berlangsung," jelasnya.

Dilansir dari sebuah video di instagram @ir_achmadhusein selaku Bupati Banyumas pada Senin (29/08/2022), Cowongan dan pertanian berkaitan erat, karena saat musim kemarau para petani membutuhkan air hujan. Sedangkan Cowongan dianggap sebagai media turunnya bidadari bersemayam di dalam boneka Cowongan yang terbuat dari tempurung kelapa untuk dapat memanggil hujan. Keduanya berkaitan erat untuk menumbuhkan nilai antara petani, alam, dan Sang Pencipta. 

Titut menjelaskan, alasan upacara cowongan masih dilestarikan, agar anak muda zaman sekarang dapat dengan cerdas membaca alam sebagai media belajar dalam nilai kehidupan. Selain itu juga bangga terhadap leluhur. 

"Meskipun pada zaman dahulu belum ada pendidikan dan pemuka agama, namun para leluhur kita sudah mengenal cara berkomunikasi dengan sesama, alam, dan Sang Pencipta. Dari kebersamaan yang tercipta dalam acara tersebut dapat menimbulkan nilai kebahagiaan dan kemuliaan antar sesama," ungkapnya.

Pada video tersebut, Titut menjelaskan beberapa rangkaian Upacara Cowongan di Banyumas, yaitu sebagai berikut:

1. Upacara Cowongan dilakukan dengan seni pertunjukkan dari berbagai pelaku seni yang didukung oleh pernak-pernik hasil bumi.
2. Para petani dan rombongan arak-arakan membawa boneka Cowongan dengan bidadari yang dipandu sebagai gambaran utusan dewa yang nantinya akan menurunkan air hujan.
3. Sampai di lapangan, upacara pertunjukkan diawali oleh hiruk pikuk orang sebagai tanda kehidupan.
4. Pertunjukkan di lapangan dibawakan oleh orang tua yang kebingungan mencari hasil pertanian yang tidak ada akibat kemarau panjang.

5. Dilanjut pembacaan mantra-mantra dari para leluhur untuk memanggil bidadari yang dipandu dan diiringi oleh para punggawa. Selain itu, juga muncul rombongan yang menandakan sebagai penghuni alam gaib atas kejadian kemarau panjang. Diceritakan dalam pertunjukkan, para penghuni alam gaib mengusulkan kepada sang dewa untuk segera menurunkan air hujan agar tugas mereka mengganggu manusia dapat berjalan. Karena apabila manusia kekurangan air, musnalah mereka di bumi ini. 
6. Kehadiran alam gaib, bidadari, manusia, dan macam bentuk makhluk hidup lainnya memberikan nilai bahwa hidup saling berdampingan.
7. Setelah itu, turunlah hujan yang digambarkan dengan sorak dan kegembiraan para warga menyambut tumbuhnya tanaman bagi kehidupan keturunan selanjutnya. Maka dari itu, ritual tersebut menjadikan tanda syukur para petani dengan adanya air hujan. 

Arti mantra yang dicakan Titut dalam pertunjukkan tersebut merupakan nilai kasih sayang. Mantra tersebut menandakan adanya kasih sayang antar sesama, alam, dan Tuhan. Hal ini merupakan sebuah komunikasi luar biasa, karena petani sangat dekat dengan alam dan Sang Pencipta.

Sedangkan menurut Bupati Banyumas, Ir. Achmad Husein, menjelaskan dengan adanya ritual tradisi Cowongan ini dapat melestarikan kebudayaan dan mampu membangkitkan ekonomi masyarakat.

"Cowongan adalah ritual tradisional masyarakat Banyumas dalam rangka memanggil hujan. Adanya acara ini untuk melestarikan kembali agar tidak punah, karena dalam acara ini bukan saja masalah hasil, namun juga agar masyarakt guyub rukun serta mampu mengembangkan ekonomi," ujarnya.

Achmad juga menambahkan, bahwa acara cowongan sudah dipatenkan secara hak cipta komunal.

"Acara Cowongan ini juga sudah dipatenkan dan memiliki hak cipta komunal oleh Kementerian Hukum dan HAM," tambahnya.

Editor : Pepih Nurlelis

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut