PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id- Subuh ini sama persis dengan subuh 318 tahun silam di Eropa. Saat orang-orang dari negeri klasik Anatolia berhimpun tenaga dan curah pikiran untuk satu tujuan: menghalau dan mengepung orang-orang demi menaklukkan Wina 11/9 1683.
Saat sinar matahari seharusnya sudah diselundupkan di antara Mega untuk waktu sesian itu, tapi masih saja tak kunjung terlihat ekor mentarinya.
Brakk!
Badan dua pramugari American Airline Flight 11 sedikit terguncang. Keduanya saling pandang menerka apa yang terjadi. Sepuluh menit penerbangan seharusnya pesawat sudah dalam keadaan stabil.
"Pesawat kita dibajak!" kata seorang Pramugari pesawat American Airlines Flight 11 dalam buku Bulan Terbelah Di Langit Amerika seperti dikutip iNewsPurwokerto.id.
Pramugari lainnya terperangah, saat sebilah pisau kecil nan tajam di balik gesper ikat pinggang seorang penumpang dihunuskan tanpa isyarat ke perut rampingnya. Darah terus mengucur semakin deras, dan seketika perempuan berambut pirang itu roboh.
"Halo, American Airlines Flight 11 di sini.. melaporkan.. pesawat ini dibajak..," suara pramugari dikutip iNewsPurwokerto.id.
Di dalam gedung kembar, orang-orang berteriak histeris. Suara gemuruh menderu kencang. "Ada bom.. ada bom,".
Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra sukses menyajikan kelebatan sejarah 11 September 2001 melalui Bulan Terbelah Di Langit Amerika. Keduanya menjawab pertanyaan apakah dunia akan lebih indah tanpa muslim?
Jawabannya, tidak akan berubah keadaan meskipun tanpa muslim di dunia ini. Kejadian bersejarah di New York City 11 September 2001 lalu ini memang memberikan pandangan berbeda kepada muslim. Membuat semakin banyak orang yang membenci muslim. Namun, Hanum dan Rangga membuka tabir itu, kejadian tersebut dilakukan oleh oknum semata bukan muslim.
Selain sejarah pengeboman gedung kembar WTC, Hanum dan Rangga juga menyajikan banyaknya keagungan Islam yang diakui Amerika sejak dulu tanpa disadari kebanyakan muslim.
Editor : Alfiatin