JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Ular pemakan manusia di hutan Kalimantan menjadi legenda mitos yang berkembang di masyarakat. Dikisahkan pada ratusan tahun lalu saat Belanda masih menjajah Indonesia, terutama di Kalimantan sekelompok orang etnis Dayak yang meninggalkan kampungnya.
Mereka meninggalkan kampung halamannya menuju pedalaman untuk menghindari penjahanan Belanda. Di daerah yang baru itu mereka membuat perkampungan baru dan hidup di sana. Namun hal tak terduga terjadi yakni anak-anak mereka hilang. Mereka menduga bahwa hal ini dilakukan oleh ular raksasa yang memangsanya.
LIHAT JUGA: Kisah Anak Petani Banyumas yang Moncer Jadi Pengusaha Otobus
Sempat dianggap khayalan, seiring berjalannya waktu banyak penduduk kampung menjadi saksi kemunculan ular raksasa yang memangsa anak kecil.
Sejak saat itu banyak penduduk yang mulai membuat senjata dan pergi mencari sarang ular. Lalu ditemukan sarang ular yang dimaksud.
(Foto: YouTube/Nat Geo Wild)
Tak ingin hanya berdiam diri, penduduk mulai membuat senjata dan pergi mencari sarang ular tersebut.
LIHAT JUGA: Din Syamsuddin Minta Restrukturisasi Kepemimpinan Pusat Muhammadiyah, Begini Alasannya
Lalu ditemukanlah sarang di sebuah pulau kecil di tengah sungai, yang berisi dua ular raksasa bersama seekor ular misterius lain yang bertubuh kecil.
Mereka juga sempat berbincang dengan seekor ular kecil untuk berjanji tidak mengganggu manusia lain. Akhirnya ular tersebut pun pergi dari kampung itu.
Hingga saat ini, cerita itu masih menjadi legenda di sekitar masyarakat Kalimantan. Untuk jenis ularnya sendiri belum diketahui secara detail, namun ada beberapa jenis ular khas Kalimantan yang diduga sebagai 'tersangka' dalam legenda itu. Seperti pit viper daun atau ular hijau, king kobra, dan sanca kembang.
Menurut penelitian, ular sanca diduga kuat sebagai ular pemakan manusia dari Kalimantan. Itu dia cerita legenda ular pemakan manusia di Kalimantan yang sangat terkenal dari mulut ke mulut.
Sejak melihat tragedi tersebut, para masyarakat berbondong-bondong membunuh ular raksasa tersebut.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta