JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Bagi sebagian orang, jengkol dipandang sebelah mata. Bahkan, banyak yang tidak suka. Tetapi di tangan Sri Wulandari, jengkol berubah menjadi devisa, meski kini tidak lagi menjadi buruh migran.
Kisah Sri Wulandari memang menginspirasi. Dia merupakan mantan buruh migran asal Banyuwangi. Mantan TKI yang akrab disapa Wulan ini mampu mendatangkan rezeki dengan jualan jengkol dan petai ke luar negeri.
Salah satu negara yang menjadi target ekspor Wulan adalah Hongkong. Dengan memanfaatkan jaringan sesama TKI, Wulan mampu merambah pasar ekspor di negara tersebut.
Sebagai mantan TKI, hampir satu dekade, Wulan pernah bekerja di 3 negara. Yaitu Jepang, Singapura dan Hongkong. Sehingga dia memiliki banyak jaringan.
Wulan menuturkan, bisnis ekspor yang ditekuninya saat ini berjalan secara tidak sengaja. Awalnya, Wulan membuka warung kecil-kecilan di kantin sekolah dengan menjual makanan seperti seblak, sempol dan cilok setelah pulang ke tanah air.
Beberapa waktu kemudian, dia berkenalan dengan lembaga Migran Care, salah satu organisasi yang mendorong terwujudnya kehidupan TKI dan mantan TKI yang bermartabat. Wulan kemudian mulai aktif berorganisasi, dan mendapatkan banyak pengalaman melalui pelatihan-pelatihan serta memperluas jaringannya.
Suatu hari, Wulan mendapat permintaan dari temannya untuk mengirimkan jengkol dan petai ke Hongkong.
Pada awalnya hanya iseng saja. Tetapi lambat laun, pesanan dari Hongkong kian melonjak. Daeri sebelumnya 5 kilogram (kg) setiap pekan baik jengkol maupun petai, saat sekarang telah meningkat 5 kali lipat menjadi 25 kg.
Usaha yang ditekuninya makin berkembang saja. Dari jengkol dan petai, Wulan melayani permintaan produk-produk lainnya. Yaitu pakaian dan keripik, bahkan juga barang-barang lainnya. Baju yang dikirimkan biasanya pakaian muslimah.
Saat sekarang, Wulan semakin memanjakan konsumennya di luar negeri. Apapun barang kebutuhannya bakal dikirimkan. Permintaan apa saja, akan dilayaninya.
Editor : EldeJoyosemito