Perang Tabuk Perang Terakhir Rasulullah SAW, Perbekalan Kaum Muslim Sangat Minim

“Belum lagi adanya gangguan stabilitas politik internal dari kaum munafiqin yang terus merongrong kesabaran dan kekokohan kaum mukmin. Sifat dan sepak terjangnya yang menciptakan kegaduhan dan kesemrawutan, membutuhkan kesabaran Nabi Muhammad dan kaum mukmin tersendiri,” tuturnya.
Menurut Ainul, semua ujian tersebut karena adanya pemberontakan kaum tertentu yang meminta bala bantuan pasukan Romawi yang berakhir tumbangnya kekuatan hegemoni kerajaan Romawi. Saat itu pasukan mereka kocar kacir dengan 40 ribu pasukannya.
Namun Madinah tetap bertahan karena totalitas pasukan Allah seperti Abu bakar, Umar bin Khattab bersama sahabat lainnya dalam memberikan fasilitas atau hartanya untuk keperluan perang, berjuang di jalan Allah.
“Di sinilah jelas Perang Tabuk menjadi pembeda, di mana posisi mukmin sejati dan para munafik berdiri dalam posisi keimanan,” tutur Ainul.
Di samping itu perang Tabuk juga disebut Perang Fadhihah, artinya terungkap, mengungkapkan tabir kepalsuan akan posisi kaum munafil dalam lingkungan umat Islam saat itu.
Perang Tabuk juga dinamakan dengan perang al-Usroh ( kesulitan). “Pasukan perangnya dalam posisi prihatin (harta, perbekalan, kendaraan) namun tidak mengurangi semangat untuk tetap berjuang,” katanya.
Perjuangan Nabi Muhammad, para sahabat dan juga umat Islam lainnya pun diceritakan di dalam Alquran. Allah berfirman:
تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Artinya: "Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu." (At-Taubah/9:117).
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta