KAIRO, iNewsPurwokerto.id - Tindakan konyol bahkan ngawur parah dilakukan badan intelijen internal Zionis; Shin Bet. Badan intelijen Israel yang mengaku paling hebat dan canggih itu, salah mengidentifikasi seorang komentator olahraga terkenal Mesir bernama Mohamed Shabana.
Mohamed Shabana masuk dalam daftar buruan Israel, foto-fotonya disebar karena dikira komandan Hamas.
Mohamed Shabana yang juga jurnalis dan mantan Senat Mesir itu, menegaskan dia akan mengambil tindakan hukum terhadap Israel atas kekacauan keamanan yang dilakukan oleh Shin Bet.
“Mereka menggunakan nama dan foto saya, dan menggambarkan saya dengan sifat buruk, saya akan mengambil semua tindakan,” katanya dalam acara Al Hekaya di MBC Masr TV, seperti dikutip dari New Arab, Senin (27/5/2024).
Secara kebetulan, jurnalis Mesir itu memiliki nama yang mirip dengan komandan Brigade Rafah Hamas, Muhammad Shabana. Setelah menampilkan gambar yang salah identifikasi, Shin Bet dilaporkan menghapusnya.
Jurnalis Mohamed Shabana, yang dianggap sebagai salah satu tokoh media terkemuka di Mesir, pernah bekerja di berbagai saluran dan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Sindikat Jurnalis Mesir.
“Shin Bet Israel adalah salah satu badan keamanan terbesar di Israel, namun hal ini (memublikasikan foto saya) adalah hal yang normal mengingat kebingungan yang dialami entitas Zionis,” katanya dalam komentarnya kepada media lokal, yang telah membuat pernyataan ejekan atas kejadian tersebut.
Beberapa tokoh media di Mesir mengatakan bahwa kesalahan tersebut adalah bukti kurangnya standar profesional dasar di lembaga pemerintah Israel dan terus menyebarnya informasi tidak akurat terkait perang di Gaza, yang digambarkan sebagai genosida terhadap warga Palestina.
"Mereka mungkin menemukan foto Anda di Google. Bayangkan cabang keamanan tertinggi di Israel mendapatkan informasinya dari Google," kata Khaled Abou Bakr, seorang pembawa acara televisi Mesir saat berbicara dengan Shabana melalui telepon.
“Mereka berada pada titik terlemahnya,” kata pembawa acara televisi populer Mesir, Amr Adib.
“Meskipun Israel membunuh hampir 35.000 orang di Gaza, dampaknya secara internal sangat negatif; bentuk, reputasi, eksistensi, ekonomi, tentara, dan wajah internal negara tersebut. Serangan tanggal 7 Oktober telah berdampak besar pada semua ini,” katanya.
“Kampanye setumpuk kartu ini” mirip dengan yang digunakan tentara Amerika Serikat (AS) saat invasi ke Irak tahun 2003, yang saat itu menampilkan foto-foto anggota rezim Saddam Hussein. Perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 35.903 orang—lebih dari 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta