PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id - Artis cantik Tengku Dewi Putri menggugat cerai suaminya Andrew Andika. Rencananya pada Kamis (26/6/2024) hari ini digelar sidang perdana Pengadilan Agama Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Diketahui Tengku Dewi Putri saat ini dalam keadaan hamil tua menunggu kelahiran anaknya.
Terlepas dari persoalan Tengku Dewi Putri dengan suaminya Andrew Andika yang sedang dihadapi keduanya, lantas apakah dibenarkan atau diperbolehkan dalam Islam perceraian terjadi?
Perlu diketahui perceraian adalah perkara yang sangat dibenci Allah Ta'ala meski diperbolehkan. Sementara cerai atau talak dalam Islam terbagi dua macam :
Talak Sunni, yaitu talak yang dilakukan sesuai prosedur syariat.
Talak Bid’i, yaitu talak yang tidak sesuai prosedur syariat.
Mentalak istri saat hamil tergolong talak sunni atau bid’i?
Nah mari simak penjelasan salah seorang ulama pakar fikih, Syekh Prof. Khalid Al Musyaiqih berikut :
طلاق الزّوجة الحامل ليس طلاقاً بدعياً بل هو طلاق شرعي حتى لو جامعتها، لما ثبت في صحيح مسلم أنّ النّبي صلى الله عليه وسلم قال لعبد الله بن عمر لما طلّق امرأته وهي حائض: “راجعها ثم امسكها حتى تطهر، ثم تحيض ثم تطهر ثم طلقها إن شئت طاهراً قبل أن تمسها أو حاملاً” وهذا باتفاق العلماء، وأمّا ما اشتهر عند العوام من أنّ الحامل لا طلاق عليها فهو غير صحيح.
Mentalak istri saat hamil tidak tergolong talak bid’i. Bahkan itu tergolong talak yang syar’i (talak sunni) sampaipun dilakukan setelah suami menyetubuhinya. Hal ini berdasarkan hadis yang terdapat di Shahih Muslim, bahwa Nabi berpesan kepada Abdullah bin Umar saat dia menceraikan istrinya ketika haid,
راجعها ثم امسكها حتى تطهر، ثم تحيض ثم تطهر ثم طلقها إن شئت طاهراً قبل أن تمسها أو حاملاً
“Rujuklah kepada istrimu yang sudah kamu cerai itu. Tetaplah bersamanya sampai dia suci dari haid, lalu haid kembali kemudian suci lagi. Setelah itu silahkan kalau kamu mau mencerainya : bisa saat istri suci sebelum kamu gauli, atau saat dia hamil.”
Bahkan para ulama sepakat, boleh mencerai istri saat kondisinya hamil. Adapun anggapan yang tersebar di tengah masyarakat awam, bahwa wanita hamil tidak sah dicerai, adalah anggapan yang keliru.
Bahkan suatu talak disebut sunni, manakala terjadi pada dua kondisi:
Pertama, dilakukan saat wanita sedang hamil.
Kedua, dilakukan saat wanita berada dalam kondisi suci (tidak sedang haid atau nifas), sebelum disetubuhi.
Dalil yang mendasari ini adalah firman Allah ta’ala,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ إِذَا طَلَّقۡتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ
Wahai Nabi! Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya. (QS. At-Thalaq : 1)
Allah memerintahkan jika memang cerai adalah pilihan tepat karena menimbang maslahat yang kuat, maka silahkan lakukan cerai itu saat wanita sedang berada dalam masa ‘iddah. Hamil adalah salah satu waktu iddah untuk wanita yang dicerai, berakhir saat wanita tersebut melahirkan. Menunjukkan, talak yang terjadi saat wanita hamil, adalah talak sunni.
Syekh Ibnu Baz rahimahullah menerangkan,
قال العلماء: معناه: طاهرات من غير جماع. هذا معنى التطليق للعدة: أن يطلقها وهي طاهر لم يمسها، أو حبلى قد ظهر حملها، هذا محل السنة
Para ulama menerangkan, “Makna ayat (At-Thalaq ayat 1) di atas adalah : lakukanlah cerai saat wanita sedang suci dan belum disetubuhi. Inilah makna mencerai wanita saat berada dalam masa iddah, yakni mencerai istri saat suci belum disetubuhi, atau mencerainya saat sedang hamil dan telah tampak kehamilannya. Inilah yang disebut talak sunni.
Adapun talak disebut bid’i, manakala dilakukan pada empat keadaan:
Pertama, saat wanita haid.
Kedua, saat nifas
Ketiga, saat suci namun setelah disetubuhi.
Keempat, cerai tiga sekaligus dengan sekali ucapan.
Kesimpulannya, mencerai saat istri sedang hamil, jika karena pertimbangan maslahat yang kuat, hukumnya boleh dan sah.
Wallahua’lam bis showab.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta