"Mereka itu bukan hanya penonton, tetapi mereka juga seniman, mereka juga praktisi seni dan budaya di tempat masing-masing. Jadi ini potensi yang sangat besar sekali, apalagi beberapa ada yang berkolaborasi. Memang tampaknya sedang mencari cara untuk berkolaborasi dan bagaimana ini terhubung," ujarnya.
Linda menjelaskan jika kedatangan dan keterlibatan puluhan wisatawan asing di Jagat Lengger Festival 2024 ini sudah sejak awal, sejak hari pertama kegiatan JLF 2024. Bahkan beberapa diantara mereka sempat mengikuti napak tilas Dariah, hingga acara berakhir dan antusiasnya sangat luar biasa sekali.
Otniel Tasman dan Didik Nini Thowok. Foto: Dok Jagat Lengger Festival, M. Harsya Pambudi
"Karena kita kemudian ngomongin soal kebiasaan juga, penonton juga beragam, ada yang memang senang yang klasik, ada yang senang garapan baru, ada yang senang aneh-aneh atau kemudian yang pop gitu. Tetapi sebenarnya ini strategi yang sangat menarik, untuk menggandeng massa," ujarnya.
Meski demikian, tak semua wisatawan asing itu ia kenal, karena ada beberapa yang akhirnya bertemu di Banyumas untuk menikmati tarian lengger yang dikolaborasikan dari berbagai sisi. Beberapa diantaranya adalah teman Rianto dan Otniel Tasman yang memang telah dikenal secara Internasional.
"Kayak beberapa teman yang lain melihat lengger dari media, karena Rianto dan Otniel yang sudah terkenal secara Internasional, tapi itu kan lapis yang pertama, membaca. Tapi kemudian ketika mereka datang ke sini, pengalamannya menjadi sangat lebih luar biasa, karena melihat ragam lengger-nya. Bagaimana lengger dibicarakan di seminar, bagaimana pameran arsip membingkai pengetahuan itu dan bahkan bagaimana mereka juga ngobrol sama warga," ujarnya.
Bahkan yang menarik menurutnya adalah kedatangan wisatawan asing dalam kegiatan Jagat Lengger Festival 2024 ini dapat merasakan suasana guyub, gotong royong dari masyarakat Kabupaten Banyumas. Ditambah dirinya yang merupakan tamu akhirnya ikut terlibat untuk mengartikan setiap kegiatan ini dalam bahasa Inggris.
"Jadi kawan-kawan di sini yang bisa bahasa Inggris juga menjadi interpreter di tempat. Meskipun tamu, tapi terlibat untuk mendukung ini, namanya guyub, dan akhirnya mereka pun juga merasakan nuansa kehidupan agraris yang gotong royong dan guyub. Bagaimana orang saling membantu sama satu sama lain, membentuk satu peristiwa ini, mereka sangat senang sekali," ujarnya.
Apalagi ia memandang jika napas Jagat Lengger Festival berusaha untuk panjang, mulai dari perayaan, mengenal vibes yang senang menikmati, kemudian ada seminar untuk dapat belajar soal pengetahuannya. Ditambah dapat berbincang dengan kurator untuk tahu apa maksudnya.
"Sehingga kedepannya, barangkali akan berkembang lagi, bukan hanya orang-orang yang sekarang dari kota lain dan negara-negara lain yang datang ke sini. Tapi mereka pasti akan membawa massanya ke sini," ungkapnya.
Maka dari itu Linda memandang jika acara Jagat Lengger Festival ini sebagai bentuk edukasi yang sangat baik yang menarik. Ia juga berpandangan jika strategi yang dilakukan dalam festival ini sangat menarik sekali, di mana semuanya di muarakan ke hal yang sama, dibawa masuk ke lengger, melalui pintu yang bermacam-macam.
"Sangat menarik, dan kadang-kadang memang harus eksperimen dengan ruang, eksperimen dengan bentuk pertunjukan yang dibawa, dan eksperimen dengan bidikan audiensnya," ujarnya.
Kedatangan Linda dalam Jagat Lengger Festival ini pun memiliki misi kedepannya, di mana Indonesia Dance Festival yang sudah berdiri selama 30 tahun lebih ini ingin mempelajari cara kerja lokal yang dilakukan tim Jagat Lengger Festival melalui Lawat Tari.
"Makanya itu juga ketertarikan saya pada Jagat Lengger Festival. Saya ingin belajar bagaimana membuat satu peristiwa bersama dan belajar dari cara kerja lokal. Ini saya kira kumparan yang menarik, baru 2 tahun, tapi kemudian sudah bisa menarik," pungkasnya.
Editor : Arbi Anugrah