get app
inews
Aa Text
Read Next : 15.229 Anak Tidak Sekolah di Banyumas, Ini yang Dilakukan Dinas Pendidikan

Dindik Terus Sisir Anak Tidak Sekolah di Banyumas 

Kamis, 25 Juli 2024 | 08:30 WIB
header img
Kepala Dinas Pendidikan Banyumas Joko Wiyono mengapresiasi para pendidik yang secara aktif menyisir dan melakukan penanganan persuasi untuk Anak Tidak Sekolah (ATS) di wilayah Banyumas. (Foto: Istimewa)

PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id-Para pendidik di lingkungan Dinas Pendidikan (Dindik) Banyumas secara aktif menyisir dan melakukan penanganan persuasi untuk Anak Tidak Sekolah (ATS) di wilayah Banyumas.

Kepala Dinas Pendidikan Banyumas, Joko Wiyono, mengapresiasi para pendidik, tenaga kependidikan, dan seluruh elemen masyarakat yang bekerja keras dan bekerjasama untuk mengatasi permasalahan ATS. Selain pendidikan formal, keberadaan pendidikan nonformal seperti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang ada di Banyumas juga sangat penting.

"Kami tegaskan bahwa pendidikan nonformal melalui PKBM, SKB, dan lainnya merupakan salah satu solusi agar ATS bisa bersekolah kembali. Ajak mereka secara persuasif untuk bersekolah lagi. Dukungan orang tua, masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini bersama-sama," jelasnya di sela menghadiri kegiatan In House Training Review Kurikulum Pendidikan Kesetaraan di SKB Ajibarang pada Rabu (24/7/2024).

Di tempat yang sama, Kepala SKB Purwokerto, Riswoto, menuturkan bahwa sesuai data sementara dari data pokok pendidikan (dapodik) Dindik Kabupaten Banyumas, saat ini ada sekitar 10 ribu ATS. ATS ini adalah anak usia sekolah hingga batasan usia 24 tahun.

"Informasi terbaru menyebutkan aturan terbaru menetapkan batasan anak usia sekolah maksimal 21 tahun. Untuk menangani masalah ATS, kami sudah membentuk tim penyisir langsung ATS yang terdiri dari pamong belajar dan tutor," katanya.

Dari penelusuran tim di sembilan kecamatan di Kota Purwokerto dan sekitarnya, Riswoto mengatakan bahwa tim menemukan sejumlah fakta terkait ATS ini. Sebagian ATS merupakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), sementara yang lainnya adalah anak yang jauh dari pengawasan dan pengasuhan orang tua.

"Sebagian anak berasal dari keluarga yang mengalami perceraian. Selain itu, ada pula anak yang ditinggal ibunya merantau di luar kota hingga luar negeri. Akibatnya, mereka putus sekolah dan membentuk komunitas tersendiri sebagai ATS," jelasnya.

Sementara Kepala SKB Ajibarang, Slamet Sularto, juga menyatakan bahwa melalui pendekatan persuasif, tim melakukan upaya agar ATS bisa kembali bersekolah, termasuk melalui pendidikan nonformal. Melalui program Kejar Paket A, B, dan C, ATS yang masih usia sekolah mendapatkan fasilitas gratis karena mereka berhak mendapatkan bantuan operasional peserta didik.

"Kami langsung turun ke lapangan bersama para kader di tingkat desa dan kelurahan untuk melakukan tindakan persuasif. Yang penting, kita memotivasi anak-anak agar mau bersekolah lagi," ujarnya.

Editor : Elde Joyosemito

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut