“Inilah yang disebut Beriman, bukan hanya sekadar jargon, tetapi harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bekerja. Alhamdulillah, di masa pemerintahan kami, Kebumen telah meraih 61 penghargaan nasional dan regional. Penghargaan ini diberikan sebagai apresiasi terhadap pemerintahan kita yang dinilai semakin baik,” jelasnya.
“Coba lihat dulu, depan SMAN 1 Kebumen itu penuh dengan warung-warung yang meninggalkan sisa makanan dan minuman, menyebabkan bau tidak sedap. Padahal, itu adalah SMA favorit yang banyak mencetak pejabat. Alhamdulillah, sekarang sudah bersih, lebih rapi. Itulah yang dimaksud dengan Beriman,” tambahnya.
Bupati juga menegaskan bahwa dirinya bukan tidak setuju dengan slogan "Kebumen Beriman". Justru, ia yang memasukkan kata tersebut dalam Mars Kebumen ciptaan Slamet Pramono, seorang guru dari SMAN 1 Kebumen. Ia juga menekankan bahwa selama ini Kebumen tidak memiliki lagu mars atau hymne yang menggambarkan identitas masyarakat beserta potensinya.
“Sekarang kita sudah punya Mars dan Hymne Kebumen ciptaan Pak Slamet Pramono. Dari dulu kita tidak punya, dan sekarang sudah dipatenkan menjadi hak cipta. Lagu itu selalu diputar dalam setiap kegiatan masyarakat, dan saya yang memasukkan kata ‘Kebumen Beriman’ di situ, bukan yang lain,” jelas Bupati.
Ia juga menyebut bahwa Kebumen memiliki banyak slogan yang lahir dari masyarakat, seperti "Kebumen Ora Baen-Baen," "Kebumen Pancen Maen," dan yang terbaru "Kebumen Semarak" (Sejahtera Mandiri dan Berakhlak). Menurutnya, penggunaan slogan-slogan ini tidak masalah selama sesuai dengan konteksnya.
“Jadi, mau pakai ‘Kebumen Beriman,’ ‘Kebumen Pancen Maen,’ ‘Kebumen Ora Baen-Baen,’ atau ‘Kebumen Semarak,’ silakan saja. Yang penting, jangan hanya dijadikan slogan, apalagi jika hanya untuk kepentingan politik sesaat. Tentu sangat disayangkan,” tegas Bupati.
Editor : EldeJoyosemito