JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Media Australia, abc.net.au, menyoroti intrik politik yang berkembang menjelang berakhirnya masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ulasan tersebut juga mencakup pameran gaya hidup mewah oleh putra Jokowi, Kaesang Pangarep, dan istrinya, Erina Gudono. Judul berita tersebut berbunyi, "How a complex constitutional crisis unleashed public rage at Indonesia's ruling class" (Bagaimana krisis konstitusi yang rumit memicu kemarahan publik terhadap kelas penguasa Indonesia), yang muncul pada Rabu (28/8/2024).
Kalimat pembuka dalam ulasan media Australia tersebut menggambarkan tajamnya intrik politik di Indonesia. "Ini adalah pemandangan yang akan membuat politisi di negara mana pun ketakutan," tulis media tersebut.
Minggu lalu, para demonstran di Indonesia membawa guillotine palsu dengan patung Presiden Jokowi dan merobohkan pagar gedung DPR di Jakarta.
Mereka menuntut agar upaya revisi Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (UU Pilkada) dihentikan. Revisi ini akan memungkinkan putra Jokowi yang berusia 29 tahun, Kaesang Pangarep, untuk mencalonkan diri sebagai gubernur provinsi, yang akan semakin memperkuat dinasti politik keluarga tersebut.
Putra Jokowi lainnya, Gibran Rakabuming Raka, yang berusia 36 tahun, terpilih sebagai wakil presiden bulan Februari setelah perubahan aturan yang kontroversial. Meskipun situasi hukum ini rumit, menurut media Australia, banyak orang Indonesia melihatnya dengan cara yang lebih sederhana.
"Ini tentang Indonesia yang hancur lagi karena nepotisme," kata seorang wanita yang ikut serta dalam protes minggu lalu kepada abc.net.au. "Aturan baru ini mengarah pada nepotisme," tambahnya.
Nama Jokowi, Mulyono, Kembali Jadi Sorotan Kemarahan terhadap Jokowi dan anggapan bahwa keluarganya telah bertindak berlebihan kini menyebar di dunia maya.
Mulyono, nama lahir Jokowi yang tidak banyak dikenal hingga minggu lalu, adalah nama yang diubah saat dia masih kecil dalam ritual adat Jawa dengan harapan untuk membawa kesehatan dan keberuntungan yang lebih baik.
Kini, para penentangnya mengejek Jokowi dengan memanggilnya Mulyono, melanggar tabu budaya Indonesia dan secara tegas menyatakan bahwa para pemilih mengharapkan kejatuhannya dalam politik—atau bahkan lebih buruk.
Lebih lanjut, ulasan media Australia menunjukkan kontras dari demonstrasi tersebut. Istri Kaesang, Erina Gudono, mendokumentasikan perjalanan mewahnya di Amerika Serikat di Instagram. Terungkap bahwa pasangan tersebut terbang melintasi Pasifik dengan jet pribadi milik perusahaan game Singapura.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) minggu ini menyatakan bahwa mereka berusaha untuk memperjelas masalah ini, menegaskan: "Setiap orang sama di hadapan hukum."
Di Instagram, Erina membahas harga lobster roll yang mencapai sekitar Rp400.000. Para pengguna media sosial menyebut Erina sebagai "Marie Antoinette modern," menggambarkannya sebagai ratu Prancis yang tidak peduli dengan kehidupan rakyat jelata.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang baru, Bahlil Lahadalia, sekutu utama Jokowi, mengatakan kepada partainya bahwa mereka tidak boleh bermain-main dengan "raja Jawa"—meskipun tidak jelas siapa yang dimaksud.
Ini adalah perubahan dramatis bagi Jokowi, presiden yang telah menikmati peringkat persetujuan yang tinggi selama dua masa jabatannya, termasuk 77 persen pada bulan April lalu.
Menurut ulasan media Australia, inilah masalah mendasar demokrasi Indonesia sejak jatuhnya rezim Suharto pada tahun 1998. Meskipun Suharto mengundurkan diri, banyak dari rezimnya yang didukung militer tetap berkuasa.
Basis tradisional kekuatan politik dan ekonomi tetap utuh meskipun ada reformasi demokrasi yang ambisius pada akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an. Kebangkitan Jokowi dari pebisnis furnitur dan politikus lokal ke jabatan tertinggi tidak akan mungkin terjadi tanpa dukungan dari elite yang ada.
Kesuksesan Jokowi ke tampuk kekuasaan membutuhkan dukungan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang dipimpin oleh Megawati Sukarnoputri—putri dari bapak pendiri Indonesia, Sukarno.
Mentor politik lama Jokowi, menurut media Australia, adalah mantan jenderal militer Luhut Pandjaitan, yang pengaruhnya terhadap presiden sangat besar sehingga ada yang bercanda bahwa dia adalah perdana menteri (atau lebih kasarnya, "Lord Luhut").
Kualitas demokrasi Indonesia secara luas dianggap telah tergerus di bawah Jokowi. Salah satu perubahan yang dianggap sebagai bagian dari tren ini adalah pelumpuhan KPK yang dulunya tangguh.
Apa pendapat presiden baru, Prabowo Subianto—yang juga mantan jenderal dan mantan menantu Soeharto—tentang semua ini? Prabowo, yang mencalonkan diri sebagai presiden beberapa kali sebelum berhasil pada tahun 2024, mengatakan minggu lalu bahwa "beberapa orang memiliki kehausan yang tak ada habisnya akan kekuasaan dan [dengan kekuasaan itu] berusaha mengejar kepentingan di luar rakyat."
Para pengunjuk rasa telah meraih beberapa kemenangan—setidaknya untuk saat ini. Menghadapi protes massa, DPR mundur dari upaya pengesahan perubahan elektoral selama masa jabatan pemerintahan saat ini. Partai politik yang dipimpin oleh putra Jokowi, Kaesang, kini menyatakan bahwa dia tidak akan mencalonkan diri dalam Pilkada pada bulan November.
Apa pun yang terjadi, satu hal yang jelas: kaum demokrat Indonesia tidak akan membiarkan sistem pengawasan dan keseimbangan yang mereka perjuangkan dengan susah payah dibongkar tanpa perlawanan.
"Saya ingin kita tetap marah, saya ingin kalian tetap panik," tulis mantan editor Jakarta Post Evi Mariani untuk perusahaan rintisan media digital yang didirikannya bersama, Project Multatuli.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta