get app
inews
Aa Read Next : Menikmati Tempe Mendoan untuk Takjil Buka Puasa Ramadhan, Ini Resep dan Cara Membuatnya

Yuk.. Melihat Cara Membuat Nopia, Oleh-Oleh Khas Banyumas

Sabtu, 15 Mei 2021 | 16:19 WIB
header img
Proses pembuatan Nopia, makanan khas Banyumas. (Foto : Aryo Rizqi).

BANYUMAS, iNews.id- Nopia merupakan salah satu makanan ringan khas Banyumas selain mendoan, dan getuk goreng. Makanan yang dibuat dari adonan tepung terigu yang diisi gula merah ini harus melalui proses pemanggangan yang sangat berbeda, karena menggunakan tungku khusus dari tanah liat yang dipanaskan dengan kayu bakar.

Desa Pekunden, Kecamatan Banyumas, menjadi sentra pengrajin nopia. Karena mayoritas penduduk di RT 3 Rw 4 merupakan para pengrajin nopia yang sudah menekuni pembuatan makanan tersebut sejak turun temurun, maka di tempat tersebut lebih dikenal sebagai Kampung Nopia. Apalagi nopia yang pertama kali ada di Banyumas, dibuat di desa tersebut, hingga mewarnai sejumlah sentra oleh-oleh di Banyumas.

"Nopia itu sudah ada sejak zaman nenek moyang. Produk nopia sudah ada, tetapi dahulu itu yang dibuat adalah nopia yang besar. Mino (mini nopia) dan variannya itu pengembangannya dengan dibuat variasi, untuk bahannya sama saja," kata Mangun Handoyo (70) Pengurus Paguyuban Mino Nopia Parimas Desa Pekunden, beberapa waktu lalu.

Dia menjelaskan jika nopia hampir serupa dengan bakpia dari Yogyakarta, namun yang membedakan bentuknya lebih besar, seukuran genggaman tangan, dan memiliki tekstur kulit yang keras dan renyah. Selain nopia, ada pula mino alias mini nopia atau nopia berukuran yang kecil, seukuran bola bekel. 

Sementara menurut Sumarno, Ketua Paguyuban Mino Nopia Parimas, mengatakan jika untuk tahapan memasak nopia ini pun sangat unik. Setelah adonan jadi, kemudian adonan dipotong kecil kecil dan diberikan isi gula Jawa yang telah dicampur tepung. Tahap selanjutnya yakni pemanasan tungku atau gentong dari tanah liat yang dapat menampung hingga ratusan mino nopia.

Gentong tempat memanggangnya pun berbentuk lingkaran silinder dan nopia tinggal ditempel di dinding-dindingnya yang panas. Konon, tungku model tanah liat ini mampu mempertahankan panasnya dengan stabil serta diyakini lebih baik dibanding dengan oven modern berbahan bakar gas atau listrik.

"Untuk proses pembuatan kulit antara lain terigu dan gula pasir diaduk sampai rata, lalu baru manasin gentong dari tanah liat. Cara manasin gentong yaitu menggunakan kayu bakar selama setengah jam sampai kayunya habis, diamkan dahulu nanti tinggal dimasukin nopianya dengan cara di tempel tempelkan," jelasnya.

Mino Nopia biasanya dipanggang sekitar 15 menit dan diangkat memakai alat sodetan dari besi. Nopia yang baru diangkat dari perapian, diangin-anginkan sejenak untuk menambah kerenyahan kulitnya. 

"Saya buatnya yang mino saja, yang nopia besar saya tidak buat karena resikonya lebih besar juga. Ada bolong sedikit saja tidak mau mengembang dan mudah pecah," ujarnya.

Dia menjelaskan jika ada berbagai varian rasa mino nopia di Desa Pekunden, diantaranya rasa original gula Jawa, cokelat, nanas, rasa kelapa, jeruk, rasa anggur, durian, nangka, hingga rasa bawang merah. Tak ada ramuan khusus dalam nopianya, hanya komposisi antara tepung dan gula.

Di Desa Pekunden sendiri terdapat sekitar 25 pengrajin mino nopia. Sedangkan 21 pengrajin nopia mayoritas berada di RT 3 Rw 4, dan masing masing pengusaha sudah memiliki pemasaran sendiri-sendiri dan lancar penjualannya. Kebanyakan usaha tersebut merupakan usaha turun temurun dari orang tua.

"Untuk harga variasi, tergantung rasa apa, dan biasanya dikemas dalam plastik 1 kilogram," ucapnya.

Selain Banyumas, mino nopia dari desa ini juga biasanya dikirim ke Bali, Kalimantan dan Sumatra.

Editor : Aryo Arbi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut