SEJAK pertengahan tahun 2020 beberapa penelitian sudah mulai menemukan fenomena long Covid pada penyintas Covid.
Long Covid dikenal dengan berbagai istilah yaitu long haulers atau sindrom pasca Covid-19. Sindrom pasca Covid-19 adalah adanya gejala Covid-19 yang bertahan pada penyintas meskipun sudah lebih dari 12 minggu dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Sedangkan istilah sindroma pernapasan pasca Covid-19 adalah pasien dengan gejala atau gangguan paru dan pernapasan yang menetap lebih dari 4 minggu sejak awitan gejala Covid-10.
Sindroma pernapasan pasca Covid terdiri dari 2 kategori yaitu post acute Covid-19 syndrome (terdapat gejala gangguan paru dan pernapasan menetap lebih dari 4-12 minggu sejak awitan) dan pasca Covid-19 kronik (terdapat gejala gangguan paru dan pernapasan menetap lebih dari12 minggu sejak awitan.
Long covid dapat terjadi pada berbagai usia dan pada penyintas dengan gejala ringan, sedang atau berat. Berdasarkan survai yang dilakukan oleh WHO (World Health Organization) pada bulan September 2020, didapatkan hampir 35% pasien yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid19 mengaku tidak kembali ke kondisi fisik yang optimal.
Penyebab terjadinya long Covid masih diteliti lebih lanjut. Tetapi ada beberapa hipotesis yang menyatakan bahwa long Covid terjadi karena kerusakan organ akibat virus dan sisa-sisa peradangan yang masih terus berlangsung walaupun virus sudah tidak ditemukan.
Penyintas Covid banyak mengalami gejala long Covid setelah mereka dinyatakan sembuh dari Covid-19. Pasien Covid dikatakan sembuh apabila telah memenuhi syarat lepas isolasi. Kriteria lepas isolasi dapat dibagi sesuai tingkat gejala sebagai berikut : untuk orang tanpa gejala harus menyelesaikan isoman minimal 10 hari, pada orang dengan gejala ringan atau sedang harus menyelesaikan isolasi selama 10 hari + 3 hari bebas gejala dan untuk derajat berat atau kritis harus menyelesaikan isolasi minimal 10 hari+3 hari bebas gejala ditambah hasil swab PCR 1x negatif.
Beberapa faktor resiko terjadinya Long Covid yang dilaporkan adalah jenis kelamin, usia, kondisi saat infeksi akut, etnis, penyakit komorbid dan BMI (body Mass Index).
Penegakan diagnosis dilakukan dengan gejala yang persisten selama lebih dari 3 bulan pasca covid, dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan kelainan atau tidak dan hingga pemeriksaan penunjang dari pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan radiologis, pemeriksaan faal paru, EKG dan penilaian kualitas hidup.
Gejala yang umum terjadi antara lain kelelahan, batuk, sesak napas, nyeri dada, nyeri atau gatal tenggorokan, nyeri otot atau sendi, gangguan kognitif, sakit kepala, diare, kecemasan, depresi, aktivitas terbatas dan terkadang juga ditemukan kelainan hasil pemeriksaan radiologis atau nilai faal paru pada sebagian kasus.
Tatalaksana long Covid-19 meliputi 2 bagian yaitu tatalaksana mandiri dan tatalaksana medis.
Tatalaksana mandiri yang dapat dilakukan di rumah antara lain diet makanan bergizi, tidur yang cukup, berhenti merokok, menghindari stress pikiran, meditasi, membatasi minuman beralkohol atau kafein, pemantauan saturasi oksigen perifer dengan alat oksimetri disertai latihan fisis secara bertahap.
Tatalaksana mandiri ini dapat ditunjang dengan medis jika diperlukan seperti terapi simptomatik sesuai gejala yang muncul, terapi oksigen jangka panjang, latihan rehabilitasi paru, mengatasi infeksi sekunder yang mungkin terjadi dan konsumsi obat rutin sesuai komorbid pasien.
Dengan melakukan tatalaksana ini secara keseluruhan dan dukungan moril oleh keluarga terdekat diharapkan dapat mempercepat penyembuhan gejala long COVID yang dirasakan serta meningkatkan kualitas hidup penyintas COVID-19.
Penulis Dr. Indah Rahmawati, SpP
Dokter Spesialis Paru FK Unsoed Purwokerto
Anggota PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia) Jawa Tengah
Anggota Tim Pendamping AKB Unsoed 2022
Editor : EldeJoyosemito