Peneliti mencatat bahwa populasi kecoa sempat berkurang drastis akibat kepunahan massal pada akhir periode Permian, namun kembali berkembang pada periode Triasik.
Untuk mempelajari lebih lanjut spesies ini, para ilmuwan mengambil fosil yang tersimpan di Museum & Galeri Seni Bristol dan mengamati sayapnya menggunakan berbagai teknik. Mereka membuat gambar garis pada sayap untuk memahami aliran udara dan pola terbang kecoa tersebut di masa lalu.
Setelah penelitian mendalam, peneliti menetapkan bahwa kecoa ini berasal dari zaman Toarcian, bagian awal periode Jurassic sekitar 180 juta tahun lalu, dan menamainya Alderblattina simmsi.
Para peneliti juga menyoroti ciri fisik menarik dari kecoa ini, yang berukuran kecil dan memiliki pola warna unik pada sayapnya. Ini merupakan spesies kecoa kedua dari zaman Toarcian yang memiliki pola warna sayap.
“Pola warna pada serangga, termasuk pada sayap kecoa, umumnya dianggap sebagai adaptasi fisiologis dan/atau digunakan untuk perlindungan dari pemangsa atau sebagai sinyal seksual,” jelas para paleontolog.
Editor : Elde Joyosemito