BI Purwokerto: Sinergi Kendalikan Inflasi dan Dorong Digitalisasi Ekonomi di Banyumas Raya

PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto terus memperkuat sinergi dengan berbagai pihak untuk mengendalikan inflasi dan mempercepat digitalisasi ekonomi di wilayah Banyumas Raya. Kepala BI Purwokerto, Christoveny, menegaskan bahwa strategi yang dilakukan mencakup stabilisasi harga bahan pokok, optimalisasi produksi pangan, serta perluasan penggunaan transaksi digital berbasis QRIS.
"Kami berkomitmen untuk menjaga stabilitas harga melalui berbagai upaya pengendalian inflasi, sekaligus mempercepat adopsi ekonomi digital agar transaksi lebih mudah, cepat, dan efisien," ujar Christoveny dalam konferensi pers di Purwokerto, Selasa (18/2/2025).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi di Banyumas Raya menunjukkan tren menurun pada Januari 2025. Purwokerto mengalami deflasi sebesar -0,54% (month-to-month/mtm) dengan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 1,02%, lebih rendah dibandingkan Desember 2024 yang tercatat 0,59% mtm dan 1,51% yoy.
Sementara itu, Cilacap juga mengalami deflasi sebesar -0,26% mtm, dengan inflasi tahunan yang tercatat -0,26% yoy, setelah sebelumnya pada Desember 2024 mencapai 0,52% mtm dan 1,82% yoy.
Menurut Christoveny, deflasi ini terutama disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penurunan tarif listrik sebesar 50% bagi pelanggan rumah tangga, serta meningkatnya produksi bawang merah di beberapa daerah, termasuk Cilacap. Selain itu, turunnya harga pakan ternak turut berkontribusi terhadap penurunan harga telur ayam ras, yang menjadi salah satu komoditas utama penyumbang inflasi di Banyumas Raya.
Namun, di sisi lain, lonjakan harga cabai masih menjadi tantangan akibat curah hujan tinggi dan serangan hama, yang menyebabkan penurunan pasokan di pasar. "Kenaikan harga cabai menjadi faktor utama yang menahan deflasi lebih dalam," jelasnya.
Untuk mengatasi fluktuasi harga, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Banyumas Raya telah menerapkan berbagai langkah strategis, di antaranya mengadakan Gerakan Pangan Murah (GPM) di beberapa titik yang menyediakan bahan pangan seperti beras, gula, telur ayam, cabai merah, cabai rawit, sayuran, dan buah-buahan; membuka Kios Pangan Murah di Toko TPID Bawor Mart Pasar Manis yang menyediakan beras, minyak goreng, dan gula pasir.
Selain itu, menginisiasi penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara PT Food Station Tjipinang Jaya dengan Gapoktan Sumber Makmur; serta mengadakan kegiatan tanam padi bersama di Kabupaten Cilacap untuk menjaga ketersediaan pasokan beras tetap stabil dan mengantisipasi lonjakan harga menjelang Ramadan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
"Kami juga terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah dan pelaku usaha agar distribusi pangan tetap lancar dan harga terkendali," tambah Christoveny.
Pada Triwulan III 2024, pertumbuhan ekonomi Banyumas Raya mencapai 3,88% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 2,43% (yoy). Namun, angka ini masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah (4,93% yoy) dan nasional (4,95% yoy).
Editor : Arbi Anugrah