2 Ratu Pendaki Meninggal dalam Dekapan Carstensz, Misi Penghormatan Sahabat Berakhir Tragis

JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Dunia pendakian Indonesia berduka. Dua pendaki wanita, Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal dunia saat menuruni Puncak Carstensz, Papua, pada Jumat (28/2). Keduanya diduga mengalami Acute Mountain Sickness (AMS), kondisi akibat rendahnya tekanan udara dan kadar oksigen di ketinggian.
Jenazah Lilie dan Elsa telah dievakuasi oleh tim SAR dan tiba di Jakarta pada Senin (3/3/2025). "Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono meninggal dunia karena hipotermia di Gunung Carstensz," ujar Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Ignatius Benny Ady Prabowo dikutip dari Okezone..
Lilie dan Elsa bukan pendaki sembarangan. Mereka dikenal sebagai "Ratu Pendaki" karena pengalaman luasnya dalam ekspedisi gunung, baik di dalam maupun luar negeri. Keduanya memiliki persahabatan erat sejak SMP di Malang, Jawa Timur.
Ekspedisi ini mereka lakukan bukan sekadar untuk menaklukkan Carstensz, tetapi juga untuk mengenang rekan mereka, Hanafi Tanoto, yang meninggal di gunung yang sama setahun sebelumnya. Di puncak setinggi 4.884 mdpl itu, mereka memasang plakat bertuliskan:
"Perjumpaan tidak pernah berakhir, seperti awan menjadi hujan dan kembali. Persatuanmu kekal, dalam kami dan semesta. Sang Khalik telah menyambutmu. Kau wariskan semangat yang kami teruskan."
Namun, setelah menyelesaikan misi tersebut, Lilie dan Elsa mengalami kondisi kritis yang akhirnya merenggut nyawa mereka di tempat yang sama dengan Hanafi.
Dalam ekspedisi ini, Lilie dan Elsa tergabung dalam kelompok pendakian yang beranggotakan 10 orang, termasuk musisi Fiersa Besari, Indira Alaika, Furki, Saroni, dan Ludy Hadiyanto, serta tiga pendaki asing. Mereka juga didampingi lima pemandu, yakni Nurhuda, Alvin Perdana, Arlen Kolinug, Jeni Dainga, dan Ruslan.
Kepergian Lilie dan Elsa meninggalkan duka mendalam di kalangan komunitas pendaki Indonesia. Kisah mereka menjadi pengingat bahwa mendaki gunung bukan sekadar soal menaklukkan alam, tetapi juga tentang risiko yang harus dihadapi dengan kesiapan dan kewaspadaan tinggi.
Editor : Arbi Anugrah