Bijak Mengelola Sains dan Teknologi untuk Misi Akhirat

PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id – Kehidupan manusia di dunia seringkali diibaratkan sebagai sebuah tugas dinas. Setiap individu memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing, sesuai dengan keahlian dan bakat yang dimilikinya.
Namun, meskipun peran kita berbeda-beda, misi kita sebenarnya sama: melaksanakan perintah Tuhan dan menghindari segala larangan-Nya.
Demikian disampaikan oleh Dr. Muhammad Ash-Shiddiqy, M.E., Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Saizu Purwokerto. “Kita diberikan uang saku untuk operasional sehari-hari, namun perlu diingat bahwa uang saku ini bukanlah gaji utama kita. Gaji sebenarnya akan diberikan di Akhirat kelak,” ujar Ash-Shiddiqy.
Menurutnya, manusia harus bijak dalam menggunakan “uang saku” tersebut, karena suatu hari nanti setiap pengeluaran akan dimintai pertanggungjawaban.
Ash-Shiddiqy mengibaratkan shalat lima waktu sebagai laporan harian yang wajib dilakukan oleh setiap “karyawan” Tuhan.
“Shalat adalah momen di mana kita mengingat kembali tujuan hidup kita dan memastikan bahwa kita tetap berada di jalur yang benar,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya fokus pada misi utama dan menghindari perselisihan kecil yang hanya mengalihkan perhatian dari tujuan yang lebih besar.
Salah satu poin penting yang diangkat oleh Ash-Shiddiqy adalah peran sains dan teknologi dalam kehidupan manusia.
Menurutnya, kedua hal tersebut memiliki manfaat besar bagi peradaban, namun harus dipahami sebagai alat, bukan tujuan akhir.
“Sains dan teknologi bisa menjadi ‘lebay’ atau berlebihan ketika mereka mencoba melawan kodrat yang telah ditetapkan oleh Tuhan,” tegasnya.
Contohnya, Tuhan telah menyatakan bahwa setiap yang hidup pasti akan mati. Namun, sains sedang berusaha merancang cara agar manusia bisa hidup abadi.
Selain itu, manusia juga sedang mencari tempat tinggal selain Bumi, meskipun jarak tempuhnya sangat jauh dan seolah-olah tidak realistis untuk dicapai dalam waktu dekat.
Ini menimbulkan pertanyaan: apakah upaya-upaya ini benar-benar bermanfaat, atau justru menyia-nyiakan waktu dan sumber daya yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih penting?
Ash-Shiddiqy mengingatkan bahwa kemajuan sains dan teknologi, meskipun bermanfaat, tidak boleh mengabaikan nilai-nilai ketuhanan.
Ash-Shiddiqy juga mengingatkan tentang konsep istidraj, yaitu kemajuan yang diberikan Tuhan sebagai ujian.
“Kecerdasan manusia dalam mengembangkan sains dan teknologi bisa menjadi bentuk istidraj jika tidak digunakan dengan bijak,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa sains dan teknologi harus dimanfaatkan sejauh mereka memberikan manfaat untuk kehidupan akhirat, bukan sekadar meningkatkan peradaban duniawi.
Mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib, Ash-Shiddiqy menggambarkan manusia sebagai orang yang sedang tidur di dunia. “Ketika seseorang meninggal, barulah ia terbangun dan menyadari bahwa segala yang diceritakan dalam Al-Qur'an adalah nyata.
Sayangnya, ketika kesadaran itu datang, sudah terlambat untuk kembali,” paparnya. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya kesadaran dan kewaspadaan selama masih hidup di dunia.
Ash-Shiddiqy mengibaratkan kehidupan beragama seperti mendaki gunung. “Para ulama dan guru agama adalah pemandu yang membantu kita mencapai puncak. Mereka telah membuat jalur-jalur pendakian yang aman dan teruji,” jelasnya.
Meskipun ada orang yang memilih membuat jalannya sendiri, ia mengingatkan bahwa jalur yang sudah ada telah berhasil mengantarkan jutaan orang ke tujuan.
“Membuat jalur baru bukanlah hal yang salah, tetapi kita harus mempertimbangkan risiko dan kemungkinan tersesat,” tambahnya. Dalam konteks kehidupan beragama, mengikuti ajaran yang sudah teruji adalah langkah yang bijak.
Ia menutup pembicaraannya dengan menegaskan bahwa hidup di dunia adalah tugas dinas yang diberikan oleh Tuhan.
“Sains dan teknologi adalah alat yang bisa membantu kita dalam menjalankan tugas ini, tetapi mereka bukanlah tujuan akhir,” ujarnya.
Dia mengajak semua pihak untuk fokus pada misi utama, yaitu kehidupan akhirat, dan menggunakan segala sumber daya dengan bijak.
“Mari kita gunakan sains dan teknologi untuk kebaikan, dan selalu ingat bahwa segala sesuatu yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban,” pungkasnya.
Editor : EldeJoyosemito