Menyusup Garis Musuh: 3 Kisah Penyamaran Berani Intel TNI, Termasuk Jenderal Kopassus Jadi Sopir

JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Prajurit TNI, sebagai garda terdepan bangsa, dituntut siap mengemban tugas-tugas sulit dari komando, termasuk operasi penyamaran.
Selain mahir bertempur, banyak di antara mereka juga memiliki kemampuan intelijen mumpuni. Layaknya agen rahasia, penyamaran menjadi taktik untuk mengumpulkan informasi penting tentang musuh dan kepentingan strategis negara.
Berikut 3 kisah penyamaran intel prajurit elite TNI yang barangkali jarang diketahui banyak orang.
1. Di Balik Kemudi: Kisah Penyamaran Agen Intelijen Kopassus
Letjen (Purn) Sutiyoso, seorang prajurit Kopassus legendaris, memiliki kisah penyamaran yang patut dikenang. Ia pernah menyamar menjadi seorang sopir dalam misinya menangkap petinggi GAM, Hasan Tiro, pada pertengahan 1970-an.
Kisah ini tertuang dalam buku "Sutiyoso The Field General, Totalitas Prajurit Para Komando”. Saat masih berpangkat mayor, Sutiyoso mendapat petunjuk keberadaan Hasan Tiro dari seorang juru masak. Namun, Hasan berhasil kabur sebelum penyergapan dilakukan.
Sutiyoso kemudian mendapatkan informasi baru: Hasan mengutus Usman, Menteri Keuangan GAM, untuk bertemu guru ngaji yang akan mengantarkannya ke seorang pengusaha di Lhokseumawe. Dengan cepat, Sutiyoso menemui pengusaha tersebut dan berpura-pura menjadi pebisnis, mengajaknya bertemu di rumahnya.
Pengusaha itu datang bersama sekretarisnya dan langsung diinterogasi oleh Sutiyoso yang didampingi perwira intel, Kapten Lintang Waluyo. Dari interogasi, terungkap bahwa Usman berada di Medan. Sutiyoso merencanakan penangkapan seorang diri dan berangkat ke Medan bersama pengusaha itu.
Setibanya di Medan, Sutiyoso mengubah penyamarannya menjadi seorang sopir atas permintaan pengusaha tersebut. Melalui peran barunya ini, Sutiyoso berhasil melacak dan menangkap Usman, yang kemudian memberikan banyak informasi mengenai keberadaan Hasan Tiro. Sayangnya, Hasan Tiro sendiri telah berhasil melarikan diri ke Malaysia melalui jalur utara yang tidak dijaga oleh aparat.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta