Profil Shuniyya Ruhama: Ustadzah Kendal Viral Diduga Waria, Lulusan UGM, dan Pengrajin Batik

JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Sosok Shuniyya Ruhama kini tengah viral dan menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Sebuah video ceramahnya yang diunggah akun Instagram @balikpapankitaa telah ditonton lebih dari 610 ribu kali, menampilkan Shuniyya dalam balutan busana serba putih lengkap dengan jilbab.
Dalam video tersebut, ia menyampaikan ceramah yang unik, memberikan tips kepada para istri tentang bagaimana menghadapi suami yang menyebalkan, diselingi canda yang membuatnya tampak seperti penceramah kondang.
Namun, hal yang paling mengejutkan publik dan memicu gelombang reaksi adalah klaim bahwa Shuniyya Ruhama merupakan seorang waria, sebagaimana dijelaskan dalam keterangan video tersebut. Fakta ini sontak membuat warganet berbondong-bondong menyerbu akun Instagram @shuniyya_ruhama.
Meskipun akun tersebut diketahui sudah tidak aktif sejak 2023, lebih dari 600 komentar membanjiri unggahan terakhirnya, didominasi oleh kecaman, kekhawatiran moral, hingga ajakan untuk "kembali ke kodrat."
Di balik kontroversi identitasnya, Shuniyya Ruhama adalah sosok dengan rekam jejak pendidikan dan keterampilan yang mengesankan:
Shuniyya Ruhama juga aktif di berbagai komunitas dan kegiatan syiar. Ia disebut-sebut pernah mendirikan Paguyuban Waria Kendal (Pawaka). Selain itu, ia juga aktif dalam kegiatan dakwah dan disebut bergabung dengan Gusdurian Kendal sebagai koordinator, serta merupakan PP Al Istiqomah Kendal.
Ia tercatat pernah mengisi dakwah pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional pada 25 Mei 2023 dan acara Halal Bihalal di Persatuan Mahasiswa UT Hongkong pada 27 April 2023.
Tim media kami telah mencoba menghubungi Shuniyya Ruhama melalui pesan langsung Instagram untuk konfirmasi terkait tudingan yang beredar, namun hingga artikel ini tayang, belum ada tanggapan resmi dari yang bersangkutan. Kontroversi seputar sosoknya ini terus menjadi perbincangan hangat di masyarakat, memicu diskusi lebih lanjut tentang identitas, peran agama, dan penerimaan di era digital.
Editor : Muhammad Faizur Rouf