EDUKASI SAINS: Kromosom Y Pria Terancam Punah? Begini Penjelasan Ilmiah Serta Dampaknya

JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Pernahkah Anda membayangkan masa depan di mana populasi laki-laki bisa terancam punah? Bukan karena konflik atau bencana, melainkan disebabkan oleh sesuatu yang sangat kecil dalam tubuh, kromosom Y!
Para ilmuwan baru-baru ini mengungkap sebuah fenomena menarik: kromosom Y, yang berperan sebagai penentu jenis kelamin pria, dikabarkan perlahan menghilang.
Ini bukan sekadar teori konspirasi, melainkan hasil riset serius yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bergengsi Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), serta dibahas oleh La Trobe University di Australia. Mari kita ulas lebih lanjut, seperti yang dilaporkan universitas tersebut pada Rabu (11/6/2025).
Dalam pelajaran biologi, kita mengenal bahwa jenis kelamin manusia ditentukan oleh kombinasi kromosom:
Perempuan = XX
Laki-laki = XY
Kromosom Y ini ukurannya sangat kecil dan hanya memiliki sekitar 55 gen aktif. Namun, di antara gen-gen tersebut, ada satu yang sangat penting, yaitu gen SRY. Gen SRY inilah yang "menyalakan" proses pembentukan testis pada janin laki-laki. Dari situlah, hormon laki-laki seperti testosteron mulai diproduksi, yang kemudian memicu perkembangan bayi menjadi laki-laki.
Masalahnya, kromosom Y ini sedang mengalami degenerasi atau penyusutan. Dalam 166 juta tahun terakhir, ia telah kehilangan ratusan gen. Jika tren ini terus berlanjut, diprediksi kromosom Y bisa benar-benar menghilang dalam kurun waktu sekitar 11 juta tahun ke depan.
Kendati demikian, ada kabar menarik yang bisa meredakan kepanikan. Para peneliti menemukan fakta bahwa ada spesies hewan yang mampu bertahan dan berkembang biak tanpa kromosom Y, yaitu tikus duri Jepang. Pada beberapa spesies tikus duri ini, kromosom Y dan gen SRY sudah tidak ditemukan, namun mereka tetap dapat berkembang biak dengan baik. Bagaimana bisa?
Tim peneliti dari Universitas Hokkaido di Jepang menemukan bahwa tikus-tikus ini ternyata telah mengembangkan sistem penentu jenis kelamin yang baru. Mereka mengidentifikasi potongan DNA kecil (hanya 17.000 pasang basa dari total 3 miliar!) yang dapat "mengaktifkan" gen penting bernama SOX9. Gen SOX9 ini biasanya dikendalikan oleh SRY.
Uniknya, potongan DNA ini hanya ditemukan pada semua tikus jantan, tidak pada tikus betina. Saat diuji pada tikus biasa, potongan DNA tersebut terbukti dapat memperkuat kerja gen SOX9, seolah-olah mengambil alih peran gen SRY. Ini menunjukkan adaptasi evolusi yang luar biasa.
Jika manusia mampu mengikuti jejak tikus duri dan mengembangkan sistem penentu jenis kelamin baru, maka kemungkinan kepunahan laki-laki bisa dihindari. Namun, tentu saja, proses evolusi seperti ini membutuhkan waktu jutaan tahun dan tidak akan mudah.
Ada juga skenario yang lebih ekstrem, yaitu jika berbagai belahan dunia mengembangkan sistem penentu jenis kelamin yang berbeda-beda. Hal ini bisa saja menyebabkan manusia terpisah menjadi "spesies baru" karena tidak lagi bisa saling berkembang biak secara genetik.
Untuk saat ini, tidak perlu panik berlebihan. Para ilmuwan menegaskan bahwa seluruh proses ini berlangsung sangat lambat, membutuhkan jutaan tahun untuk benar-benar terjadi.
Namun yang jelas, penelitian ini memberikan edukasi penting dan membuat kita menyadari betapa unik dan rumitnya tubuh manusia. Evolusi adalah proses yang terus berjalan, dan siapa tahu, masa depan genetik kita bisa sangat berbeda dari sekarang.
Yang pasti, para laki-laki di dunia bisa bernapas lega dulu. Masih banyak waktu sebelum kromosom Y benar-benar "pamit"!
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta