get app
inews
Aa Text
Read Next : 31 Calon Paskibraka Purbalingga 2025 Resmi Jalani Pemusatan Latihan

Harmoni Alam dan Tradisi yang Menginspirasi dari Desa Ponjen

Kamis, 31 Juli 2025 | 09:33 WIB
header img
Ponjen menjadi ruang harmoni antara alam dan budaya, menyatukan puluhan komunitas pecinta alam dengan para pelaku seni dalam satu tujuan, menjaga mata air. (Foto: Istimewa)

PURBALINGGA, iNewsPurwokerto.id-Di sebuah sudut Kabupaten Purbalingga, Desa Ponjen menyuguhkan pemandangan yang berbeda pada Minggu (27/7/2025) silam. 

Bukan sekadar desa yang sibuk dengan keseharian warganya, Ponjen menjelma menjadi ruang harmoni antara alam dan budaya, menyatukan puluhan komunitas pecinta alam dengan para pelaku seni dalam satu tujuan, menjaga keberlanjutan sumber mata air.

Pagi itu, langkah kaki relawan pecinta alam terdengar di sela gemericik air Sungai Wrangan dan Sungai Arus. 

Mereka datang dari berbagai penjuru Purbalingga—dari kelompok Siswa Pecinta Alam (Sispala) hingga organisasi mapala kampus dan komunitas budaya. Masing-masing membawa semangat yang sama, menanam ratusan bibit pohon di bantaran sungai dan area sekitar sumber mata air.

“Kami ingin menghadirkan konservasi yang tidak hanya teknis, tapi juga menyentuh sisi budaya. Alam di Ponjen telah lama menjadi bagian dari kehidupan, sehingga menjaganya adalah bagian dari tradisi,” kata Teguh Pratomo, Koordinator Kegiatan yang juga perwakilan PPA Gasda Purbalingga.

Gerakan ini bukan semata soal menjaga air tetap mengalir. Lebih jauh, ia adalah upaya mengembalikan kesadaran kolektif bahwa sumber daya alam adalah warisan yang perlu dijaga bersama.

Saat matahari mulai condong ke barat, suasana berubah. Di dekat sumber mata air Kepyar, lantunan musik tradisional berpadu dengan langkah-langkah gemulai para penari. Pagelaran Tari Hastabrata digelar—sebuah persembahan budaya yang sarat makna spiritual.

Tarian ini menggambarkan delapan sifat mulia manusia yang diibaratkan sebagai bapak angkasa dan ibu bumi, menyimbolkan keseimbangan antara alam dan manusia. Seorang penari perempuan mewakili sosok ibu bumi, sementara penari pria melambangkan bapak angkasa, bergerak dengan gerakan penuh filosofi.

“Tari Hastabrata adalah doa dalam bentuk gerak. Air bukan hanya kebutuhan fisik, tapi juga anugerah spiritual yang patut disyukuri,” tutur Ki Surotomo, pemandu kegiatan seni tersebut.

Kegiatan ini lebih dari sekadar menanam pohon atau menggelar tarian. Ia adalah pesan berlapis, tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekologis, tentang nilai kearifan lokal yang masih terpelihara, dan tentang kolaborasi lintas komunitas yang membawa semangat gotong royong.

Masyarakat Ponjen berharap apa yang dimulai pada hari itu menjadi warisan untuk anak cucuse, buah desa yang tak hanya lestari secara alam, tetapi juga kaya akan nilai budaya yang hidup dan menyatu dengan lingkungannya.

Editor : EldeJoyosemito

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut