"Itu perharinya kita 100 kilogram, kalikan saja 40 ribu per kilonya (100 x 40.000= 4.000.000), kurang lebihnya itu. Alhamdulilah, jam 3 sore sudah habis," tuturnya.
Dibalik pendapatannya yang fantastis, Hamlani turut merasakan dampak dari kenaikan harga minyak goreng yang akhir-akhir ini melejit. Ia mengaku setidaknya memerlukan hampir 5 liter minyak goreng.
Ditambah lagi, bumbu-bumbu dapur yang ia gunakan seperti salam, laos, cabai, bawang merah, bawang putih, kunyit, kunir, dan sebagainya, kecuali ketumbar sempat mengalami kenaikan harga, seperti cabai misalnya. Meskipun demikian, Hamlani bersikukuh untuk tetap mempertahankan harga jual masakannya. Hal itu ia lakukan agar masakannya dapat terjangkau bagi semua kalangan.
"Ini sudah 5 tahun saya pertahankan (harga). Istilahnya, kasianlah, sekarang Rp10.000 dapetnya sedikit banget. Memang ada yang gak eman-eman (tidak sayang-sayang), maksudnya beli berapapun pasti dibayar. Tapi kan untuk orang-orang awam yang mau beli, terus liat harganya, mundur ga jadi beli. Keong nang pasar paling Rp5.000 be, didol Rp40.000 (Keong di pasar saja harganya paling Rp5.000, di sini dijualnya Rp40.000). Mereka itu kan ga tahu proses dan gimana ngolah bumbu - bumbunya," jelasnya.
Olahan keong sawah atau 'kraca' menu incaran warga Banyumas untuk berbuka puasa. (Foto: Agustinus Yoga Primantoro)
Selain sebagai makanan khas di Bulan Ramadan, ternyata kraca memiliki khasiat tersendiri. Kraca kaya akan kandungan yang baik bagi tubuh, seperti salah satunya dapat mengobati sariawan.
"Insya Allah, itu pernah ada penelitian dari dosen Pertanian Unsoed kalau ga salah. Itu sudah lama, 10 tahun lalu. Memang tidak kolesterol, justru menurunkan darah tinggi. Terus, sariawan. Alhamdulilah, dulu ini saya sering banget sariawan tapi konsumsi kraca jadi sembuh," ungkapnya.
Di Purwokerto sendiri terdapat tiga tempat penjual kraca yang sudah dikenal banyak orang, yakni di Pusat Kuliner Pereng, Kraca Keong Bu Makmoer, tepatnya berada di Jalan Bobosan, RT 06/RW 01, Karangjambu, Purwanegara, dan Kedai Keong Bu Lani.
Editor : Arbi Anugrah