PERISTIWA kelam bangsa Indonesia tidak pernah yang tidak dapat terlupakan, enam Jenderal Angkatan Darat serta satu ajudan diculik serta dibunuh oleh kelompok Gerakan 30 September PKI. Malam tanggal 30 September 1965 hingga 1 Oktober 1965 selalu membekas.
Para jenderal itu adalah Jenderal Ahmad Yani, Letjen Suprapto, Mayjen S Parman, Mayjen MT Haryono, Mayjen D I Pandjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Pierre Tendean.
Dalam peristiwa Gerakan 30 September itu hanya satu jenderal yang selamat. Dia adalah Abdul Haris Nasution atau dikenal dengan AH Nasution. AH Nasution selamat dari peristiwa subuh berdarah atas peran dari sang istri Johanna Suniarti dan juga ajudannya, Pierre Tendean.
Dilansir beragam sumber, Rabu (20/4/2022) Jenderal Besar TNI Abdul Haris (AH) Nasution, lahir di Kotanopan, Sumatera Utara, 3 Desember 1918. Dia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI).
Johanna Suniarti, Istri Jenderal AH Nasution merupakan salah satu yang berperan dalam menyelamatkan suaminya dari penculikan kelompok Gerakan 30 September. Eksekutor Gerakan 30 September dikenali Johanna sebagai pasukan Cakrabirawa berdasarkan seragam yang dipakai. Pasukan Cakrabirawa adalah pasukan khusus pengamanan presiden.
Ketika Cakrabirawa sampai di rumah Nasution di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Johanna menahan pintu kamarnya yang saat itu didatangi oleh Cakrabirawa dan menyuruh Nasution untuk pergi menyelamatkan diri. Meski Cakrabirawa menyerang dengan tembakan, Johanna bertahan dengan menutup pintu dan menahannya, agar suaminya, AH Nasution punya waktu untuk menyelamatkan diri. Hingga akhirnya Nasution berhasil lolos dengan melompati tembok rumahnya.
Selain itu, sosok lain yang berperan dalam selamatnya Nasution dari penculikan adalah ajudannya yang bernama Pierre Tendean. Dalam peristiwa itu, Pierre Tendean menghadapi Cakrabirawa dan mengaku sebagai AH Nasution. Akibatnya, Pierre gugur dan di bawa ke Lubang Buaya bersama dengan jenderal lainnya.
Sementara itu, AH Nasution juga menceritakan bagaimana dia bisa lolos dari penculikan itu. Nasution menyelamatkan diri dengan memanjat tembok samping rumahnya. Namun, sebelumnya ia berusaha untuk kembali masuk ke rumah karena putrinya Ade Irma Nasution tertembak. Usaha itu dicegah oleh istrinya dan memohon agar Nasution menyelamatkan diri.
Nasution berhasil lolos meski saat itu rumah telah dikepung oleh Cakrabirawa berkat tumbuhan yang lebat di dekat dinding rumahnya. Saat memanjat tembok samping rumahnya, Nasution berusaha ditembaki oleh Cakrabirawa, namun ia berhasil selamat.
Setelah itu, Nasution berpindah bersembunyi di belakang tong air yang berada di rumah duta besar Irak. Di persembunyiannya, ia tak habis pikir mengapa Cakrabirawa mencoba untuk membunuhnya. Kemudian Nasution mencoba untuk pergi ke rumah Wakil Menteri Leimena karena berdekatan dengannya.
Nasution percaya bahwa Wakil Menteri Leimena tidak akan mengkhianatinya jika ia meminta bantuan untuk menghubungi Presiden Soekarno dan menanyakan mengapa Cakrabirawa berusaha untuk menculiknya.
Ia berasumsi bahwa usaha penculikannya saat itu akibat dari fitnah yang didengar presiden sehingga ia didatangi oleh Cakrabirawa. Nasution memutuskan untuk tetap bersembunyi hingga menunggu pasukannya datang membantu.
Hingga pagi 1 Oktober 1965, Nasution berhasil selamat dan belum menerima laporan terkait peristiwa yang terjadi padanya. Nasution mengaku bersyukur kepada Tuhan dan kepada istrinya yang telah membantunya lolos dari penculikan.
Artikel ini telah tayang di Okezone.com berjudul: Kisah Jenderal Nasution, Sosok Penentang Sukarno yang Lolos dari Pembantaian PKI
Editor : Arbi Anugrah