Tari Bedhaya
Tari dari Jawa Tengah selanjutnya adalah Bedhaya. Tari ini mengalami masa kejayaan pada abad ke-18 pada masa kekuasaan Pakubuwono II, III, dan VIII.
Tari ini dimainkan oleh sembilan penari dengan menggunakan tata busana dan rias wajah yang sama. Masing-masing penari membawakan peran dengan nama yang berbeda-beda, yaitu Batak, Gulu, Dhadha, Endhel Weton, Endhel Ajeg, Apit Meneng, Apit Wingking, Apit Ngajeng, Bancit.
Tari Kethek Ogleng
Kethek Ogleng merupakan salah satu bentuk kesenian rakyat yang masih berkembang dengan bentuk yang beragam di Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. Kisahnya menceritakan seekor kera jelmaan Raden Gunung Sari dalam cerita Panji berupaya mencari Dewi Sekartaji yang menghilang dari istana.
Iringan musiknya menggunakan instrumen gamelan jawa, alat perkusi tradisional dan olah vokal yang tetap menghadirkan rasa dan nuansa kerakyatan.
Tari Beksan Wireng
Tari dari Jawa Tengah terakhir adalah Beksan Wireng. Nama tari ini berasal dari kata Wira (perwira) dan 'Aeng' yaitu prajurit yang unggul, yang 'aeng', yang 'linuwih'.
Tari ini diciptakan pada zaman pemerintahan Prabu Amiluhur dengan tujuan agar para putra beliau tangkas dalam olah keprajuritan dengan menggunakan alat senjata perang. Sehingga tari ini menggambarkan ketangkasan dalam latihan perang dengan menggunakan alat perang.
Tari Bambang Cakil
Tari Bambang Cakil diadopsi dari salah satu adegan yang ada dalam pementasan wayang kulit. Dalam tari ini menceritakan ksatria yang melawan raksasa.
Ksatria adalah tokoh yang bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan Raksasa menggambarkan tokoh yang kasar dan beringas. Makna yang terkandung dalam tarian ini adalah bahwa segala bentuk kejahatan pasti kalah dengan kebaikan.
Itulah berbagai nama tari dari Jawa Tengah dan maknanya. Semoga dapat menambah wawasanmu ya!
Editor : Arbi Anugrah