get app
inews
Aa Text
Read Next : Diskusi Lawan Korupsi di Purbalingga, Ini yang Dilakukan Mahasiswa DKV UMP

Kisah Anak Petani Jadi Profesor Pendidikan Matematika, Ngesot 7 Kilometer saat Berangkat Sekolah

Kamis, 02 Juni 2022 | 13:20 WIB
header img
Kisah Ahmad, anak seorang petani miskin di sebuah desa terpencil dapat mencapai titik tertinggi dalam dunia pendidikan di Indonesia. (Foto: Arbi Anugrah/iNews Purwokerto)

PURWOKERTO, iNews.id - Terlahir bukan dari keluarga mampu, disebuah desa terpencil di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Ahmad (57) kecil setiap harinya harus berjalan melalui jalan setapak dengan kontur berbukit-bukit untuk menunju Sekolah Dasar yang berjarak sekitar tujuh kilometer.

Bahkan sepatu yang digunakan setiap harinya berlahan menipis hingga rusak, karena orangtuanya yang hanya buruh tani di Desa Cibunigeulis, Kecamatan Bungursari, tak mampu membelikannya sepatu baru. Namun, anak ragil dari 10 bersaudara ini tetap bersemangat menimba ilmu meskipun dengan segala keterbatasan yang ia alami.

"Saya merupakan orang yang tidak mampu, setiap hari saya perjalanan dari rumah ke SD kira kira 7 kilometer, jalan kaki di SD Cibunigeulis Tasikmalaya, dan sepatu sampai alas kaki bawahnya habis, jalannya belum aspal dan kemampuan orang tua tidak mungkin untuk menyekolahkan," kata Ahmad menceritakan kisahnya, Kamis (2/6/2022).

Kisah perjalanan hidupnya ia ceritakan saat Rapat Senat Terbuka yang mengukuhkan dirinya sebagai Guru Besar Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) dengan gelar Prof. Drs. Ahmad, M. Pd, Ph.D. 

Pencapaian ini, diakuinya merupakan sebuah anugerah yang tak terhingga. Anak seorang petani miskin di sebuah desa terpencil dapat mencapai titik tertinggi dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Bahkan, saking samangatnya menimba ilmu kala itu, suatu ketika Ahmad pernah diajak sang kakak untuk menggembala kambing dan bebek. Namun karena terjatuh, kakinya sempat terinjak oleh kaki kambing yang tengah digembalakannya hingga membuat dirinya tak bisa berjalan. 

Karena itu, selama dua bulan lamanya Ahmad harus menyeret tubuhnya dengan cara 'ngesot' agar bisa berjalan menuju sekolah.

"Suatu ketika saya ikut kakak ngangon bebek dan ngangon kambing, saya jatuh dan kaki saya terinjak kaki kambing sehingga saya tidak bisa jalan. Tapi ke sekolah tetap, saat SD di pantat pakai ban, gunanya untuk duduk jalan ngesot sejauh 7 kilometer setiap hari pulang pergi, kurang lebih selama dua bulan," cerita lulusan S2 Pendidikan matematika di UPI Bandung ini.

Editor : Arbi Anugrah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut