PROGRAM Muhibah Jalur Rempah memasuki hari ketiga pelayaran di atas Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci yang berada Laut Jawa pada (3/6). Sejak berlayar dari Surabaya pada 1 Juni lalu, peserta Laskar Rempah mendapat berbagai macam pembekalan tentang cara bertahan di laut, diantaranya seperti penyelamatan kapal, peninggalan kapal, pengenalan peta, navigasi, alat kesehatan, serta pengenalan jaga di laut.
Namun yang tak kalah menarik adalah pengenalan navigasi sebagai pedoman berlayar bagi pelaut pelaut di Nusantara. Di mana sebelum mengenal teknologi navigasi seperti saat ini, pelaut Bugis Makassar telah lebih dahulu menggunakan navigasi melalui tanda-tanda alam.
“Orang Bugis Makassar telah mengekspresikan budaya dan kearifan lokal dalam naskah-naskah kuno yang ditulis dengan aksara yang disebut Lontaraq,” ujar Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek Restu Gunawan, yang turut mendampingi Laskar Rempah di atas KRI Dewaruci, dalam keterangannya, Sabtu (4/6/2022).
Restu mengatakan, naskah kuno ini menjadi sebuah sumber informasi sosial budaya. Di dalam naskah tersebut termuat beraneka ragam peristiwa dan tokoh sejarah, di samping adanya peristiwa kemajuan masyarakat.
“Naskah ini menyediakan bahan penggambaran untuk melihat situasi dan kondisi yang terjadi pada era sekarang, dengan memahami kronologi yang terjadi pada masa lampau,” ujar Restu.
Salah satu naskah kuno tentang pengetahuan tradisional masyarakat Bugis yang berhubungan dengan pelayaran adalah naskah “Lontaraq Atoreng Toriolo‟. Salah satu isi dari naskah tersebut, adalah Hukum Laut Amanna Gappa, catatan tentang navigasi, dan pengetahuan tentang meteorologi dan tanda-tanda alam.
Editor : Arbi Anugrah