Sebagai pekerja seni yang dihinggapi berbagai ketidakpastian, ternyata Sumedi berhasil menyekolahkan ketiga anaknya yang kini sudah berkeluarga. Tidak tanggung-tanggung, bahkan ia turut mendidik anak-anaknya berbekal pengalaman mengadu nasib di Jakarta. Saat ini, ketiga anaknya sukses dalam dunia wirausaha.
"Mencukupi ya, relatif ya, yang penting bisa kita atur. Saya menyekolahkan 3 anak, pada waktu itu ada duduk di SD, SMP, SMA. Makanya, saya tidak muluk-muluk, saya, dan bini saya sepakat, yang penting bisa menyekolahkan anak-anak. Target minimal SMA/STM/SMK. Hasilnya, mereka semua bisa sampai kuliah berkat beasiswa dan sekarang semua punya usaha sendiri, sudah tidak bekerja sama orang," timpalnya.
Sebagai bagian dari Ikatan Pelukis Banyumas (IPB) yang kini anggotanya mencapai 50-an lebih, Sumedi memiliki keunikan dalam berkarya, salah satunya adalah lukisan ikan arwana yang menggunakan kombinasi cat dan tanah merah. Tak mengherankan bila karyanya diapresiasi dengan harga yang relatif tinggi. Kendati demikian, Sumedi mengaku harga tersebut relatif rendah dan berkualitas dibanding karya-karya pelukis lain.
"Di sini, yang pesan kebanyakan itu karena lagi ngetren karikatur, terus dari kantor-kantor ada yang pada pindah, perpisahan, pensiun, ada yang dari Polres, KAI, dari Pemda, dari Bank, pada pesen buat kenang-kenangan. Rata-rata tarifnya sekitar 1,5 jutaan, sudah bingkai. Pengerjaannya sekitar seminggu, karena prosesnya bertahap dan saya sendiri tenaganya terbatas, jadi seringnya digarapnya di rumah," tutur pelukis yang juga menjadi seorang dalang Wayang Golek.
Pemilik kios yang mulai buka sejak pukul 08.00 WIB hingga 14.00 WIB tersebut sering menerima pesanan dari pelanggan. Adapun beberapa karya yang terpampang di sana merupakan titipan dari kawan sesama menulis. Tak jarang juga Sumedi menerima orderan yang baginya cukup menguras tenaga, yakni permintaan untuk melukis yang tidak disertai gambar atau menurutnya gambar 'ghoib'.
"Itu orang punya angan-angan saja. Dia bilang, Pak, tolong buatkan ini, orangnya mukanya seperti ini, bentuk matanya seperti ini. Jadi itu gambar leluhurnya, ceritanya dia dapat mimpi. Ya, susah-susah gampang. Asal yang penting ada sketsanya saja, jadi nanti saya tinggal menghidupkannya. Dia yang dapat mimpinya, saya yang suruh gambar kan susah," jelasnya.
Editor : Arbi Anugrah