Kala itu dia mengikuti tes di Kodam V/Brawijaya. Nasib baik belum berpihak. Fadlul gagal di tingkat sub panitia daerah (Panda). Kegagalan itu sempat membuatnya ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. "Ingin kuliah, tapi karena orang tua tidak ada biaya dan saya bingung juga cara mendaftar SBM (SBMPTN), akhirnya saya mendaftar bintara TNI AD," ucap Fadlul.
Namun seperti kala mendaftar Akmil, kali ini nasib mujur juga belum menghampiri. Fadlul gagal, juga di tingkat sub panda Kodam V/Brawijaya. Tak ingin terpuruk, dia akhirnya bekerja sebagai asisten apoteker di salah satu apotek di Banyuwangi. Pada 2017, tekad untuk menjadi tentara terus berkobar.
Fadlul kembali mendaftar Akmil di tahun itu. Lagi-lagi kisah pahit terulang. Dirinya gagal di tingkat parade. Menyerah? Belum. Fadlul mengulang jejak terdahulu dengan mendaftar bintara TNI AD. Untuk memperbesar peluang mencapai cita-citanya, pemuda kelahiran 10 April 1998 ini juga mendaftar Taruna AAU.
Harapan itu sempat membuncah di AAU karena tes demi tes berhasil dilalui. Namun toh akhirnya gagal juga yang didapat. "Di AAU saya gagal di kesehatan. Katanya detak jantung saya di bawah 60," ujarnya.
Tak ingin menyerah, Fadlul juga memutuskan mendaftar di bintara AU. Sama seperti sebelumnya, dia juga gagal. Tapi toh semua kegagalan itu tak membuatnya mengubur mimpi menjadi anggota TNI. Setahun berikutnya atau pada 2018, dia kembali meretas asa.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait