Gita juga menjadi komandan pertunjukkan dengam konsep “Eling” dengan memperkenalkan tradisi Desa Sidareja yang berusia lebih dari 100 tahun. Yang dipentaskan adalah Tarian Ujungan. Ujungan yang dipentaskan sudah bukan lagi sebagai olahraga ketangkasan tradisional untuk merebut suatu daerah.
“Tetapi ujungan kini adalah untuk menghadapi keangkaramurkaan yang dimiliki oleh manusia , rasa iri , dengki yang seakan menjadi semakin memuncak hingga datangnya pandemi saat ini untuk membuat kita “ eling” ingat kepada kebesaran yang Maha Kuasa dengan koreografer tari Desi Indah Fitria asal Purbalingga,”jelasnya.
Pertunjukkan ini diawali dengan tarian tunggal seorang wanita Jawa sebagai symbol dari ibu pertiwi yang sedang menangis dan berduka diiringi dengan sulukan jawa dari seorang tetua desa yang didampingi seorang gadis desa berambut panjang. Tetapi puisinya berbahasa Indonesia mengingat hadirin yang hadir berasal dari banyak daerah bahkan luar negri. Suasana diawal menjadi sangat kidmat dengan suasana remang dan pembakaran arang sebagai ritual pembukaan.
Lagu pengiring tarian tersebut merupakan lagu yang diciptakan khusus oleh pemuda desa Lintang Kencoro mahasiswa ISI Surakata yang merupakan guru dalam memperkenalkan karawitan kepada seluruh pemuda desa yang selama ini tidak pernah mengenal alat karawitan bahkan memainkannya serta tidak memiliki bekal akademis seni sekalipun serta dibantu oleh tetua desa Ngadimin dan Kusno sang maestro pewayangan. Alunan Karawitan yang dibawakan oleh pemuda desa Sidaerja ini mampu membawa penonton terhanyut didalamnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait