Pada Kamis 31 Juli 1947 sekitar pukul 08.00 WIB, tentara Belanda yang sudah dihadang batalyon IV Wongsoatmodjo di Desa Sidangkangen, Kalimanah, Purbalingga segera dihujani tembakan dan senapan mesin serta mortier olah pasukan TNI.
Pertempuran seri berlangsung lama di wilayah tersebut mengakibatkan 22 prajurit TNI gugur dan terpaksa dimakamkan dalam satu lubang karena keadaan sangat gawat.
Pasukan Belanda terus melaju hingga Sokaraja yang berjarak sekitar 8 kilometer dari Kota Purwokerto. Tentara Belanda terus menghujani Kota Perwokerto dengan tembakan-tembakan arteleri yang mengenai rumah-rumah dan bangunan di sekitar Alun-alun Purwokerto.
Pada pukul 12.00 WIB pada hari itu, Belanda berhasil menguasai Kota Purwokerto.
Sejak tentara Belanda menduduki Purwokerto, hampir seluruh kekuatan aparatur RI di daerah Karisidenan Banyumas dan Kementerian Dalam Negeri (Departemen Dalam Negeri) serta Kepolisian Negara menggunakan daerah utara Purwokerto sebagai basis gerilya dan pusat kegiatan Pemerintahan RI. Hingga akhirnya Kementerian Dalam Negeri yang berkedudukan di Baturraden pindah ke Yogyakarta.
Belanda kemudian mengadakan pembersihan ke desa-desa sekitar yang menjadi basis perjuangan tentara Indonesia di Banyumas setelah menduduki Purwokerto.
Pada 4 Agustus 1947, usai Purwokerto dikuasai, tentara Belanda terus memperluas serangan dengan membagi dua kekuatannya untuk menuju Klampok dan menduduki Purwanegara melalui Banyumas. Sedangkan sebagian tentara Belanda menuju Cilacap melalui Wangon untuk kemudian menuju Jeruk Legi.
Meskipun telah dipertahankan habis-habisan oleh kesatuan Resimen 15 dibawah pimpinan Letkol Abimanjoe, namun akhirnya Kota Cilacap pun jatuh ketangan Belanda melalui serangan darat dari arah Jeruk Legi pada 4 Agustus 1947.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait