Tapi buku keempatnya, yang diterbitkan pada 1988 – ‘The Satanic Verses’ - memaksanya bersembunyi selama hampir sepuluh tahun.
Novel surealis post-modern memicu kemarahan di antara beberapa Muslim, yang menganggap isinya menghujat, dan dilarang di beberapa negara.
Beberapa orang tewas dalam kerusuhan anti-Rushdie di India dan di Iran kedutaan besar Inggris di ibukota, Teheran, dirajam.
Pada 1991 seorang penerjemah Jepang buku itu ditikam sampai mati. Lalu beberapa bulan kemudian, seorang penerjemah Italia juga ditikam dan penerbit buku Norwegia, William Nygaard, ditembak - tetapi keduanya selamat.
Merespon serangan itu, Nygaard mengatakan bahwa Rushdie adalah "penulis terkemuka yang sangat berarti bagi sastra" yang telah membayar "harga tinggi" untuk karyanya.
Setahun setelah buku itu dirilis, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khomeini menyerukan agar Rushdie dieksekusi. Dia menawarkan hadiah USD3 juta (Rp44 miliar) dalam sebuah fatwa - keputusan hukum yang dikeluarkan oleh seorang pemimpin agama Islam.
Meskipun pemerintah Iran telah membatalkan keputusan Khomeini, namun sebuah yayasan keagamaan Iran yang semi-resmi menambahkan hadiah lebih USD500.000 (Rp7 miliar) untuk menangkap Rushdie pada 2012.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta