Jejak Sejarah Kejayaan Kopi di Karesidenan Banyumas

Arbi Anugrah
Ilustrasi Jejak Sejarah Kejayaan Kopi di Karisidenan Banyumas (Foto: puromangkunegaran.com)

Paggerkoffij atau kopi pager dan kopi kebun ini sebenarnya bukan sebagai tanaman utama dan tidak disiapkan lahan khusus serta biasanya dekat dengan pemukiman penduduk. Tanaman kopi ini ditanam berdampingan dengan tanaman lain, baik tanaman industri maupun tanaman bahan pangan. Jenis kopi berikutnya adalah kopi hutan.

Masing-masing terbagi dalam klasifikasi, yaitu: kopi kebun ( tuin ), kopi hutan ( bosch-koffij ), kopi pagar (pagger-koffij). Pada tahun 1838 di kabupaten Purbalingga sudah terdapat 3.837.215 batang pohon kopi pagar yang dapat ditanam bersama tanaman lainnya. Untuk kopi hutan, ditanam di lereng-lereng gunung yang jauh dari pemukiman penduduk.

Pada masa pelaksanaan tanam paksa, Kepala desa sebagai ujung tombak pelaksanaan sistem tersebut mendapat uang kehormatan yang paling besar yaitu 2 % dari seluruh hasil panenan di desanya. Dengan perangsang ini maka kepala desa bekerja sekuat tenaga untuk memperluas perkebunan di wilayahnya terutama untuk perkebunan kopi. 

Dalam tempo yang relatif sangat singkat, di Karesidenan Banyumas telah ditanam jutaan pohon kopi yang tersebar di seluruh kabupaten. Berdasarkan data yang dikumpulkan pada tahun 1838, tujuh tahun setelah sistem tanam paksa diberlakukan di Karesidenan Banyumas, seluruh tanaman kopi berjumlah 21.140.722 pohon.

Data tersebut berdasarkan Statistiek der Residentie Banjoemas yang dilansir oleh pemerintah Hindia tahun 1836 menunjukkan bahwa di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Purbalingga itu sudah terdapat sekitar 10.010.00 batang pohon dari total 21.140.722 pohon di Karesidenan Banyumas. Pohon kopi tersebut diantaranya kopi pager, kopi hutan dan kopi kebun baik pohon muda maupun pohon produktif.

Angka 10.010.00 batang pohon di Kabupaten Purbalingga sendiri merupakan yang terbesar di wilayah Karesidenan Banyumas saat itu. Sehingga Purbalingga bisa dikatakan sebagai produsen kopi terbesar di wilayah Banyumas dan sekitarnya.

Sampai saat ini jejak kejayaan kopi di eks - Karesidenan Banyumas khususnya di Kabupaten Purbalingga masih terlihat, diantaranya ada dua buah bangunan atau yang lebih umum disebut dengan istilah gardu yang berdiri di tepian jalan raya di wilayah Kecamatan Karangreja di Jl.Goa Lawa, Desa Siwarak. Sedangkan satunya lagi berdiri di Desa Tlahab Lor, tepatnya di tepi jalan Provinsi yang menghubungkan wilayah Purbalingga dan Pemalang.


Gardu pos penjagaan yang dibangun pemerintah Hindia Belanda untuk mengawasi perkebunan di Purbalingga. Foto: Dok Stafsus Menkop UKM Agus Santoso.

Gardu itu merupakan pos penjagaan yang dibangun pemerintah Hindia Belanda untuk mengawasi perkebunan, salah satunya perkebunan kopi yang ada di wilayah Karangreja dan sekitarnya.

Selain gardu terdapat pula peninggalan lain berupa lahan yang khusus disiapkan untuk perkebunan kopi yang ada di Desa Siwarak bagian tengah yang dinamakan dengan Koffie Centraal atau Sentra Kopi atau oleh penduduk lokal disebut sebagai Kopi Santri.

Editor : Arbi Anugrah

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network