Mengenang Tragedi Bintaro 1987, Kecelakaan Dahsyat 2 Kereta Api 35 Tahun Silam

Sujoni
Mengenang Tragedi Bintaro 1987, Kecelakaan Dahsyat 2 Kereta Api 35 Tahun Silam. Foto: DKI1.com

Slamet memberangkatkan kereta berdasarkan instruksi. Saat membawa laju lokomotif itu, Slamet sama sekali tidak merasa khawatir karena tidak menerima sinyal apapun. Tidak disangka, begitu terkejutnya Slamet saat dari arah berlawanan muncul KA 220 dari Stasiun Kebayoran. 

“Saya terus narik rem bahaya ternyata gagal, (kereta) tidak bisa berhenti. Tetap terjadi tabrakan,” ucapnya.

Kisah Perjalanan Maut Tragedi Bintaro

Berdasarkan data yang dihimpun SINDOnews dari berbagai sumber, kecelakaan ini berawal saat KA 225 Jurusan Rangkasbitung – Jakarta yang dipimpin oleh masinis Slamet Suradio; asistennya Soleh; dan seorang kondektur, Adung Syafei, berhenti di jalur 3 Stasiun Sudimara.

KA 225 tersebut tunggu bersilang dengan KA 220 Patas jurusan Tanah Abang – Merak yang dimasinisi Amung Sunary; dengan asistennya, Mujiono.

Saat bersilang itu, tiba-tiba tanpa ada komunikasi dengan Stasiun Sudimara, petugas Stasiun Serpong justru memberikan sinyal aman bagi kereta api yang dimasinisi Slamet untuk jalan. Padahal, tidak ada pernyataan aman dari Stasiun Kebayoran. Sedangkan jalur di Stasiun Sudimara penuh oleh kereta.

Slamet pun membawa KA 225 dari Serpong menuju Stasiun Sudimara dan tiba pada pukul 06.45 Wib. Benar saja, jalur di Stasiun Sudimara memang penuh dengan KA. Kepala Stasiun Sudimara lantas melansir perintah kepada Slamet untuk masuk jalur 1 (jalur lurus/lacu), dengan posisi di Stasiun Sudimara.

Saat akan dilansir, ternyata Slamet tidak dapat melihat adanya semboyan yang diberikan, hal itu karena penuhnya lokomotif di stasiun Sudimara. Kemudian Slamet bertanya kepada penumpang yang berada di lokomotif "berangkat ?", penumpang menjawab "berangkat !!". Sang masinis pun membunyikan Semboyan 35 dan berjalan.

Juru lansir yang melihat kereta berjalan sempat kaget hingga kemudian mengejar kereta itu dan naik di gerbong paling belakang. Beberapa petugas stasiun Sudimara pun kaget, bahkan beberapa ada yang mengejar kereta itu menggunakan sepeda motor.

PPKA Sudimara, Djamhari, bahkan mencoba memberhentikan kereta dengan menggerak-gerakkan sinyal, namun tidak berhasil. Dia bahkan langsung berupaya mengejar kereta dengan mengibarkan bendera merah. Namun sia-sia.

Djamhari pun kembali ke stasiun, dan berusaha membunyikan semboyan genta darurat kepada penjaga perlintasan Pondok Betung. Akan tetapi kereta tetap melaju. Saat diusut, ternyata penjaga perlintasan Pondok Betung tidak hafal dengan semboyan genta.

KA 225 terus melaju dengan kecepatan 25km/jam karena baru melewati perlintasan, sedangkan KA 220 berjalan dengan kecepatan sekitar 30km/jam.

Editor : Arbi Anugrah

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network