Kepala Desa Nikahi 12 Perempuan Tinggal Serumah, Punya 102 Anak dan 568 Cucu

Muhaimin
Seorang kepala desa atau kades menikahi 12 perempuan menjadi istrinya. Hasil pernikahannya itu sang kades dianugerahi 102 anak dan 568 cucu. Foto: Daily Mirror

BUTALEJA, iNewsPurwokerto.id - Seorang kepala desa atau kades menikahi 12 perempuan menjadi istrinya. Hasil pernikahannya itu sang kades dianugerahi 102 anak dan 568 cucu.

Kepala desa tersebut bernama Mzee Musa Hasahya menjadi kepala desa di sebuah desa di Butaleja, Uganda.

Unikna Musa menempat 12 istrinya itu dalam satu rumah yang terdapat 12 kamar juga di Bugisa Cell, Bangsal Mulaga di Dewan Kota Busaba, Distrik Butaleja. 

LIHAT JUGA: 39 Nama Calon Ketua Umum PP Muhammadiyah 2022-2027 Ditetapkan, Ini Nama-Namanya

Sementara 102 anak dan cucu generasinya ditempatkan di beberapa rumah semi permanenyang terbuat dari lumpur dengan beratapkan jerami.

Mengutip dari media lokal; Daily Monitor, Sabtu (19/11/2022), Hasahya adalah seorang yang memiliki banyak jabatan dan telah menjadi kepala  desa selama dua dekade terakhir. 

LIHAT JUGA: Habib Ini Peraih Adhi Makayasa AAU 1984, Begini Sosok Lengkapnya

Selain itu, dia mengemban tugas-tugas lain yang diberikan kepadanya oleh penduduk Bugisa. Ketika keluarga besarnya menjadi sorotan, Hasahya justru menertawakan gagasan tentang seorang pria yang hanya memiliki satu istri. 

“Bagaimana seorang pria bisa puas dengan satu wanita? Itu tandanya terlahir laki-laki tapi dengan hormon perempuan,” katanya sambil menunjuk salah satu istrinya yang menyiapkan sarapan. 

“Semua istri saya memasak dengan cara yang sama dan tinggal bersama di rumah yang sama. Mudah bagi saya untuk memantau mereka dan juga menghentikan mereka kawin lari dengan laki-laki lain di desa ini,” katanya

LIHAT JUGA: Lemkapi Minta Bareskrim Usut Penghina Ibu Negara Iriana Joko Widodo. 

Hanifa Hasahya, istri pertama Hasahya, mengatakan suaminya mengurus kebutuhan keluarga dan mencintai mereka semua dengan setara.

“Kami memasak, makan, bekerja bersama, dan tidur di bawah satu atap. Dia adalah suami yang baik bagi kita semua,” kata Hanifa. 

Di dalam keluarga Hasahya yang sangat besar, tidak mudah untuk mengidentifikasi anak mana yang menjadi milik perempuan mana. Mereka memiliki kemiripan yang mencolok dan mudah menyatu satu sama lain; lebih mirip lingkungan sekolah. 

Hasahya mengatakan meskipun dia dapat membedakan anak dan cucunya, dia tidak mengenal mereka semua berdasarkan nama. 

Rumah memiliki semua generasi. Mereka yang telah memulai keluarga di sekitar rumah utama, mereka yang masih remaja, dan lainnya baru saja keluar dari popok mereka. Anak-anak yang lebih tua membantu ibu mereka merawat yang lebih muda. 

Puluhan lainnya telah menikah dan memiliki keluarga sendiri atau bekerja jauh. 

Lahir pada 19 Januari 1955, Hasahya menikahi istri pertamanya pada usia 16 tahun pada 1971 setelah putus sekolah. 

“Saya menikahi istri kedua saya dan membayar tiga ekor sapi, empat ekor kambing dan uang sebesar Shs15.000. Saya kemudian menikah dengan istri ketiga dan saya membayar mahar tiga ekor sapi, empat ekor kambing, dan Shs15.000,” katanya. 

Dia menambahkan: “Setelah dua tahun, saya menikah dengan istri keempat yang saya bayar dua sapi, empat kambing dan Shs15.000 sebagai mas kawin. Saya terus menikah sampai jumlahnya mencapai 12.” 

Amina Nahiranda (20), seorang anak perempuan yang menikah di usia muda, mengatakan bahwa ayahnya membesarkan mereka dengan baik.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network