Sementara Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati menyatakan bahwa Banyumas merupakan salah satu kabupaten yang terbaik dalam mengelola sampah.
“Awalnya karena terpaksa. Sebab, ada dua tempat pembuangan akhir (TPA) yang ditolak warga. Akhirnya Pak Bupati mencari solusi. Kini hampir seluruh sampah sudah tertangani. Hanya 9% sampah yang masuk ke TPA,”katanya.
Menurutnya, cerita dari Banyumas sudah dibawa ke daerah lain, bahkan forum PBB di luar negeri. “Kami telah membawa Pak Bupati ke Mesir pada November 2022 lalu saat Konferensi Perubahan Iklim. Juga ada forum PBB di Bangkok, Thailand. Sehingga PBB juga dapat belajar dari Banyumas,”jelas dia.
Dikatakan oleh Dirjen, Banyumas merupakan daerah yang luar biasa dengan caranya sendiri dan keterampilan lokal. “Ini pantas dibanggakan, karena Banyumas memiliki cara sendiri dan keterampilan lokal. Basisnya juga masyarakat melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM),”ungkapnya.
Praktik di Banyumas, lanjutnya, dapat direplikasi sampai tingkat ibukota kecamatan (IKK). Ini juga sejalan dengan perintah Presiden mengenai upaya pengurangan sampah. LHK juga sudah membuat rantau nilai pengelolaan sampah. “Offtaker (pembeli). Kalau tidak ada pembeli hasil sampah, tentu akan sia-sia. Karena itulah, kami juga mendorong industrialisasi pengolahan sampah. Nantinya, sampah menjadi bahan baku industri tersebut dan bakal dikembangkan di berbagai tempat,”ujar Dirjen.
Ia mendorong peran serta BUMN untuk ikut serta dalam membantu pengelolaan sampah. “Tadi, Pertamina ternyata juga ikut serta melakukan pendampingan dalam pengelolaan sampah di Banyumas. Di Indramayu, Pertamina juga ikut serta mengelola sampah bersama masyarakat. Saya kira Pertamina memiliki program tanggung jawab TJSL,”tegasnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait