Deretan permainan rakyat nyaris punah mulai dari tulupan atau pletokan, egrang batok kelapa, mobil kayu gledegan, congklak atau dakon, hingga gasing dan hulahup turut dimainkan dengan atraktif.
Siswa tak hanya belajar mempraktikkan langsung tetapi juga diajak mengenal sejarah setiap budaya dan meresume ulang pengalaman mereka dalam bentuk cerita.
Anak-anak Puhua School diajak bermain dolanan tradisional. (Foto: Istimewa)
Anak anak Indonesia khususnya generasi muda di Banyumas ini dibekali kemampuan bahasa asing dan ilmu pengetahuan yang komperhensif melalui berbagai metode ajar kreatif di tengah kompetisi global yang akan mereka hadapi selepas lulus nanti.
Ketua Yayasan PHB Yudi Sutanto menyatakan Puhua School bertumbuh dan beradaptasi mendorong kemajuan pendidikan modern di Jawa Tengah khususnya Purwokerto tempat ia berpijak. Tanpa meninggalkan karakter ketimuran yang lekat dan menjaga keberagaman warisan seni budaya tetap lestari.
“Melalui pemahaman pada keberagaman seni dan budaya, Puhua menjadi harapan tempat bersemainya semangat toleransi antar sesama. Hal ini menjadi kiprah nyata kecintaan para pendiri Puhua pada tanah air Indonesia melalui bidang pendidikan yang sepenuh sungguh mewujud nyata setiap hari di sekolah,” tegasnya.
Editor : Elde Joyosemito
Artikel Terkait