Pernyataan serupa juga diungkapkan Kenyar Pradifta Kinasih dari SMAN 2 Purwokerto dan sejumlah siswa lainnya. "Belajar dengan bertemu guru langsung, lebih mudah dipahami. Jika tidak tahu, kami bisa langsung bertanya dan dijelaskan," ujar Kenyar yang dibenarkan beberapa rekannya.
Shinta Prastyanti yang juga dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Unsoed selanjutnya mengatakan, dari penelitian ini terungkap pula, bahwa lama siswa menggunakan media internet umumnya 69,8% selama 6-10 jam perhari, dan 11,5% lebih dari 15 jam perhari dengan platform yang sering digunakan dengan jawaban boleh lebih dari satu. Yaitu WhatsApp 93%, Instagram 86%, TikTok 79,1%, Youtube 76,7%, Google 67,4%, Game Online 44,2% dan FaceBook 11,6%.
"Lebih dari itu, terkait dampak negatif penggunaan media digital, siswa menyatakan 93% lupa waktu, ketergantungan 69,8% dan mengganggu belajar 62,8 persen," jelas Shinta Prastyanti.
Sementara itu salah satu instruktur dalam workshop ini, Dr. Adhi Iman Sulaiman, S.IP., M.Si meningatkan, penggunaan media digital di kalangan remaja jika tidak di kelola, dikontrol dan disalurkan dengan baik akan mengakibatkan “Phubbing”.Untuk itu para siswa diminta mewasdai hal ini.
Phubbing yaitu ketergantungan terhadap media digital terutama game online yang akan mengangganggu konsentrasi dalam belajar, kurang interaksi secara langsung, tidak mau berbaur dan beraktivitas seperti olah raga dan berorganisasi sebagai dunia nyata. Itu karena, mereka cenderung asyik sendiri (menyendiri) di dunia maya (virtual) dengan handphone-nya.
“Bahayanya lebih jauh akan mengakibatkan “Conduct Disorder” yaitu tidak lagi mampu mengontrol dirinya untuk mewujudkan keinginannya, sehingga dapat melanggar etika, norma dan bahkan hukum seperti mulai berbohong, mencuri, melakukan kekerasan dan bahkan bisa berbuat kejahatan,” ujar Adhi Iman yang juga dosen Magister Ilmu Komunikasi Unsoed ini.
Oleh karena itu, lanjut Adhi Iman, membatasi situs tertentu dan waktu penggunaan media digital yang sehat perlu terus menerus disosialisasikan. Yakni melakukan literasi digital sehat, kreatif dan produktif di kalangan remaja dan orang tua termasuk di sekolah.
Senada dengan Adhi Iman, Tri Nugroho Adi, S.Sos., M.Si yang juga dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Unsoed serta staf Pusat Pengembangan Pembelajaran di Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Unsoed mengemukakan, siswa-siswa SMA/SMK yang masuk kategori generasi Z, sangat cepat dalam mengadopsi teknologi digital dan menyukai tantangan.
Pasalnya, mereka memiliki minat yang tinggi dan kemampuan yang cepat menerima perubahan. "Untuk itu, mereka perlu diarahkan, dikelola dan dikembangkan secara positif, kreatif dan produktif,”tandasnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait