Kisah Pj Bupati Banyumas Diberi Iket oleh Bedogol Saat Sowan ke Komunitas Adat Bonokeling

Elde Joyosemito
Penjabat (Pj) Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro, melakukan kunjungan silaturahmi ke masyarakat adat Bonokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang. (Foto: Istimewa)

Hanung menyatakan bahwa kunjungan seperti ini akan terus berlanjut, tidak hanya ke masyarakat adat Bonokeling dan Desa Pekuncen, tetapi juga ke desa-desa lain. Tujuannya adalah untuk bertemu dengan masyarakat dan lebih memahami acara serta prosesi sosial budaya di berbagai tempat.

"Kami berharap kunjungan ini akan terus berlanjut ke desa-desa lain, terutama di Desa Pekuncen, pada kesempatan yang lain, pada acara-acara yang lebih menarik. Ada berbagai macam ritual, budaya, prosesi, dan lain-lain yang masih akan dilaksanakan dalam beberapa bulan mendatang. Insya Allah, saya akan datang kembali," tambahnya.

Saat berada di rumah Rama Kiai Kunci, Hanung juga melakukan sungkem dan memohon doa restu kepada tokoh adat sesuai dengan aturan dan prosesi adat Bonokeling. 

Selama kunjungannya, ia juga mendengar keluhan terkait Lembaga Adat Desa (LAD) yang hingga saat ini belum memiliki landasan hukum yang jelas, sehingga dana desa tidak dapat digunakan untuk pengembangan dan pelestarian adat Bonokeling.

"Mengenai harapan ini, sudah disampaikan oleh Kepala Desa. Perda-nya sudah ada, dan akan saya dorong lebih lanjut. Pada hari Senin besok, saya akan memanggil Sekretaris Daerah dan Asisten untuk mempercepat proses ini. Saya ingin ini bergerak cepat, tanda tangan hanya memerlukan saya. Kami akan melakukan studi akademis dan teknokratis mengenai regulasi ini, sehingga kami bisa merancangnya dengan baik. Namun, saya ingin ini berjalan cepat," tegasnya.

Selama acara di Desa Pekuncen, Hanung terlihat mengenakan ikat kepala ala masyarakat adat Bonokeling. Ternyata, ikat kepala ini memiliki makna filosofis bagi masyarakat adat Bonokeling. I

ket kepala tersebut adalah simbol dari perjalanan seorang manusia, yang awalnya adalah selembar kain segiempat yang melambangkan sedulur papat lima pancer. 

Melalui prosesi, kain tersebut dilipat menjadi segitiga, mewakili nur Muhammad dan Pangeran (Tuhan). Setelah dipakai, ikat kepala tersebut disebut kakang kawah dan memiliki bentuk yang mirip jalan kelahiran bayi. 

Pengikat di belakangnya disebut wangsul, yang menandakan bahwa manusia akan kembali kepada Sang Pencipta.

Editor : EldeJoyosemito

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network