Irini menyampaikan bahwa ASEAN Panji Festival tidak hanya merupakan wadah bagi negara-negara yang tergabung untuk berbagi keunikan budaya Panji yang dimiliki masing-masing, tetapi juga kesempatan untuk menguatkan keterhubungan, pemahaman, dan perdamaian.
“Dalam masa-masa sulit seperti yang kita alami selama pandemi COVID-19, kita telah menyaksikan bagaimana kerja sama regional dapat menjadi alat yang kuat dalam menjawab tantangan bersama. Melalui festival ini, kita telah menunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah satu ASEAN yang tangguh dan bersatu,” ujarnya.
Kegiatan ini sendiri diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan komunitas. ASEAN Panji Festival digelar di lima kota secara berurutan, diantaranya seperti Yogyakarta, Kediri, Malang, Surabaya dan Pasuruan, serta Surakarta, sejak tanggal 7 - 25 Oktober 2023.
Keragaman turunan kisah Panji menjadi kekayaan budaya yang seharusnya tetap lestari. Peninggalannya tidak hanya berupa artefak yang tertuang dalam berbagai relief di candi-candi, tetapi juga beragam jenis kesenian. Salah satunya adalah topeng Panji yang berkembang di berbagai wilayah.
Heri Priyatmoko, Dosen Sejarah Universitas Sanatha Dharma sekaligus Founder Komunitas Solo Societeit mengatakan, Panji merupakan salah satu kekayaan sejarah dan budaya yang benar-benar orisinil yang lahir dan berangkat dari Jawa Timur.
“Karena kebesaran Majapahit, cerita ini dibawa sampai ke luar Nusantara, mulai dari Thailand, Kamboja, Filipina, dan Malaysia. Sebaran Cerita Panji ini wujud dari pengaruh dan kebesaran dari kerajaan yang ada di Nusantara. Cerita itu dikemas dan dipoles dengan kepentingan lokal masing-masing,” pungkasnya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait