Syde berulang kali menyinggung pengaruh terselubung yang dilakukan oleh pemilik modal Yahudi internasional dalam bukunya yang berjudul "Selama 30 Tahun" (In the past 30 Years).
Pada halaman 301-302, Syde menyatakan bahwa saat Winston Churchill mengunjungi Palestina pada tahun 1921, delegasi Arab menyambutnya dan mengeluhkan ketidakadilan serta kekejaman kebijakan Inggris yang mendukung tujuan Zionisme, yaitu menguasai tanah Palestina.
Mereka meminta Churchill untuk memperjuangkan penyelesaian terhadap ketidakadilan ini.
Namun, Churchill menolak dengan alasan bahwa masalah tersebut berada di luar wewenangnya, dan ia percaya bahwa deklarasi Balfour akan lebih bermanfaat bagi kepentingan dunia, Kerajaan Inggris, dan bangsa Arab itu sendiri.
Carr mencatat bahwa pengungkapan ini baru diketahuinya pada tahun 1954, ketika Churchill mengakui dirinya sebagai seorang Zionis dalam pertemuan dengan Bernard Baruch di Amerika Serikat.
Ancaman terbuka dari tokoh Zionis terkemuka, Haim Weizman, terhadap Inggris pada tahun 1920, dan pernyataan ancaman serupa dari konferensi Zionisme di Budapest pada tahun 1919, juga diungkapkan oleh Carr sebagai bagian dari sejarah tersebut.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait