JAKARTA, iNews.id - Pembelajaran tatap muka yang direncanakan berlangsung bulan depan memicu kontroversi. Bukan soal kehadiran guru dan peserta didik, namun sekolah diharuskan untuk menyediakan kondom bagi siswa. Kebijakan ini diambil Dewan Pendidikan Chicago (Chicago Public School/CPS), Amerika Serikat, bagi seluruh sekolah negeri hingga tingkat dasar (elementary). Itu Artinya 600 sekolah yang terkena aturan ini.
Mengutip Chicago Sun-Times, Rabu (21/7/2021), CPS menetapkan peraturan itu pada Desember 2020. Kebijakan ini sebenarnya hendak langsung diterapkan. Namun karena pandemi dan sekolah tak menggelar belajar tatap muka, akhirnya tertunda.
Dalam kebijakan itu CPS meminta sekolah menyediakan alat-alat kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 seperti pembersih tangan, tisu desinfektan, masker, termometer dahi, dan pembersih udara.
CPS juga mewajibkan sekolah memiliki barang-barang yang menurut para ahli akan membuat siswa tetap sehat dan aman yakni produk menstruasi dan kondom. Kebijakan ini pun menuai pro dan kontra.
Para kritikus dan netizen mempertanyakan alasan di balik pengajaran pendidikan seksual kepada anak-anak 10-12 tahun dengan memberikan mereka kondom gratis.
“Saya berpikir pendidikan seks realistis di sekolah umum, tetapi siswa kelas 5 berusia 10 dan 11 tahun, apa yang diajarkan?” kata salah satu pengguna media sosial. CPS menyadari keputusan tersebut menimbulkan kontroversi. Tetapi mereka berkeyakinan kebijakan itu menjadi apa yang disepakati oleh banyak ahli sebagai langkah ke arah benar untuk kesehatan siswa. Dokter top CPS Kenneth Fox dalam sebuah wawancara menekankan, mencegah 'hal buruk' menjadi alasan kunci. Dengan berprinsip pada pencegahan, sumber daya untuk mendukung hal itu harus disiapkan.
“Pada dasarnya apa yang ingin kami lakukan yakni membuat kondom tersedia bagi siswa jika dan ketika mereka membutuhkannya. Anda memiliki peningkatan risiko infeksi menular seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, dan itu adalah hal yang sangat dapat dicegah,” kata dia.
Mengenai alasan kelas 5 juga diberikan akses untuk alat kontrasepsi itu, Fox menegaskan, keputusan tersebut diambil berdasarkan pemahaman perkembangan anak-anak.
Sejalan dengan standar negara bagian, kurikulum pendidikan seks CPS mencakup pelajaran tentang pubertas, kebersihan, identitas gender, hubungan, pelecehan seksual, pengendalian kelahiran, pantang dan pencegahan penyakit menular seksual.
“CPS menekankan bahwa memilih untuk tidak berhubungan seks adalah norma bagi siswa kelas 5 SD. Orang tua/wali harus diberitahu oleh sekolah jika akan dilakukan demonstrasi penggunaan kondom,” bunyi kurikulum dimaksud Fox.
Kendati menuai polemik, CPS akan tetap jalan terus. Sekolah Dasar akan mendapatkan 250 kondom dan sekolah menengah atas (banyak di antaranya sudah menyediakan) akan mendapatkan 1.000.
Departemen Kesehatan Masyarakat Chicago akan memberikan kondom gratis ke distrik tersebut sebagai bagian dari upaya kota untuk mencegah kehamilan remaja, HIV dan penyakit menular seksual lainnya. Ketika sekolah habis, kepala sekolah akan diminta untuk meminta lebih banyak dari CPS dan CDPH.
Direktur Pendidikan di Pusat Kesehatan Wanita Chicago, Scout Bratt, menyadari akan ada banyak orang tua yang tidak percaya program ini tepat untuk keluarga mereka. Dalam pandangannya, penyediaan kondom semata-mata untuk pencegahan. “Saya ingin benar-benar jelas bahwa keberadaan kondom tidak berarti bahwa semua siswa akan menggunakan atau didorong untuk menggunakannya,” kata Bratt.
“Kami pada dasarnya pusat kesehatan masyarakat dan kami tahu untuk berinvestasi dalam kesehatan dan kesejahteraan kaum muda dengan memberikan pendidikan seks yang komprehensif, itu berarti kami juga perlu menyediakan sumber daya,” ucapnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait