CILACAP, iNewsPurwokerto.id-Inilah sebuah kisah di sekolah inklusi di Cilacap. Di sekolah ini, para siswa tidak hanya menimba ilmu, tetapi juga mengajarkan kesetaraan dan memupuk rasa saling mencintai.
Kisah-kisah ini terungkap dalam buku “Gotong Royong Bangun Sekolah Inklusi (GRBSI); Kisah Inspiratif Tumbuh Bersama Anak Berkebutuhan Khusus.” Buku tersebut dibedah di Aula Yuniorat, Jalan Kendeng, yang juga satu kompleks dengan sekolah TK-SD-SMP Maria Immaculata Cilacap. Sekolah milik Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS) penyelenggara kegiatan.
Talkshow dipandu oleh host Andy F Noya. Andy Noya berbincang-bincang dengan empat narasumber mengenai perjuangan mereka membangun model pendidikan inklusi. Dua orang mewakili siswa yaitu Nacha Nagazah Putra dan Girty Shima Sasmitha. Mereka siswa siswi SMA Yos Sudarso Cilacap kelas XII IPS.
Nacha penyandang tunarungu dan Girty adalah teman sekelas Nacha sejak SD sampai SMA. Selain itu juga teman seklub taekwondo. Nacha didampingi ibunya Saonah.
Ibu Maria Tukilah mewakili guru. Ibu Maria juga pernah menjadi Kepala Sekolah SMP Maria Immaculata, dan selepas jabatan kepala sekolah selesai, ia memilih fokus mendampingi siswa ABK di SMP Maria Immaculata.
Mei Kuswati, narasumber lain, adalah orangtua siswa. Tiga anaknya bersekolah di perguruan Maria Immaculata sejak TK hingga SMP. Anak-anak Ibu Mei bukan ABK. Ia menceritakan bagaimana anak-anaknya berkembang lebih matang dan oleh karena berinteraksi dengan siswa ABK.
Andy Noya mengatakan, seringkali orang marah kepada Tuhan ketika mendapatkan anak ‘istimewa’ (istilah Andy Noya untuk anak berkebutuhan khusus). “Tuhan tidak adil. Mengapa saya yang dikasih anak istimewa ini. Kenapa mempermalukan derajatku,” kata Andy.
“Ketika belum ada keikhlasan, kita belum menerima kondisi anak,” tandasnya.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait