Terekamnya Gempa Vulkanik Dalam ini diikuti dengan peningkatan amplitudo Gempa Tremor Menerus (amplitudo 0.5 - 3 mm, dominan 1.5 mm) sehingga Gempa-gempa Hembusan G.
Slamet tidak dapat teridentifikasi. Dari periode 9 Mei hingga 15 Mei 2024 terekam 58 kali Gempa Vulkanik Dalam. Peningkatan energi kegempaan ini ditunjukkan dalam grafik Seismic Spectral Amplitude Measurement (SSAM) (Lampiran 3 dan 4) dan grafik Real-time Seismic Amplitude Measurement (RSAM) (Lampiran 5, 6, 7, dan 8).
Pemantauan deformasi dengan menggunakan Electronic Distance Measurement (EDM) (Lampiran 9) menunjukkan baseline POS–BCS, POS–CLK, POS-GJN, dan POS–JRM berfluktuasi memendek-memanjang cenderung stabil dengan perubahan jarak relatif kecil. Pada periode 1 – 15 Mei 2024 tidak teramati adanya perubahan hasil pengukuran jarak miring yang signifikan.
Pemantauan deformasi dengan menggunakan Tiltmeter dilakukan di Stasiun Cilik (Lampiran 10) yang berada pada elevasi 1.500 mdpl, Stasiun Tiltmeter Bambangan (Lampiran 11) pada elevasi 1.875 mdpl, dan Stasiun Sawangan (Lampiran 12) pada elevasi 2.000 mdpl. Pada periode 1 – 15 Mei 2024 pemantauan deformasi tiltmeter G. Slamet dari Stasiun Sawangan menunjukkan pola relatif meningkat pada komponen Y (radial).
Hasil pengamatan data-data pemantauan menunjukkan adanya peningkatan tekanan di bawah tubuh G. Slamet yang dapat memicu munculnya gempa-gempa dangkal maupun terjadinya erupsi.
Berdasarkan data pemantauan instrumental G. Slamet terkini, aktivitas vulkanik G. Slamet masih tinggi sehingga direkomendasikan untuk dilakukan perubahan/perluasan jarak rekomendasi.
Potensi ancaman bahaya G. Slamet saat ini adalah erupsi freatik maupun magmatik yang dapat menghasilkan lontaran material pijar yang melanda daerah di sekitar puncak di dalam radius 3 km. Hujan abu dapat terjadi di sekitar kawah maupun melanda daerah yang ditentukan oleh arah dan kecepatan angin.
Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental hingga tanggal 16 Mei 2024 serta potensi ancaman bahayanya, aktivitas vulkanik G. Slamet masih berada pada
Level II (WASPADA) dengan rekomendasi sebagai berikut :
1. Masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak berada/beraktivitas dalam radius 3
km dari kawah puncak G. Slamet.
2. Pemantauan secara intensif tetap dilakukan guna mengevaluasi kegiatan G. Slamet oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
3. Masyarakat di sekitar G. Slamet diharap tenang tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak bertanggung jawab mengenai aktivitas G. Slamet dan agar mengikuti arahan dari BPBD Provinsi Jawa Tengah dan BPBD Kabupaten.
4. Pemerintah Daerah, BPBD Provinsi dan Kabupaten agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau Pos Pengamatan G. Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.
5. Masyarakat maupun BNPB, BPBD Provinsi Jawa Tengah, BPBD Kabupaten, dan instansi terkait lainnya dapat memantau perkembangan tingkat aktivitas maupun rekomendasi G. Slamet setiap saat melalui aplikasi MAGMA Indonesia yang dapat diunduh di Google Playstore atau melalui website https://magma.esdm.go.id,https://vsi.esdm.go.id dan https://geologi.esdm.go.id serta media sosial PVMBG (Facebook, Twitter, dan Instagram @pvmbg_).
Tingkat aktivitas G. Slamet akan dievaluasi kembali secara berkala atau jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. Tingkat aktivitas dan rekomendasi G. Slamet ini tetap berlaku selama surat/laporan evaluasi berikutnya belum diterbitkan.
Demikian disampaikan siaran pers aktivitas vulkanik G. Slamet, Provinsi Jawa Tengah.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait