Mantan ABK kemudian membentuk Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan), sedangkan para TKI Purna membentuk kelompok Bunda Malutik Kutawaru (Buntiku).
Kilang Cilacap, bekerja sama dengan pemerintah setempat, memberikan pelatihan pengelolaan tambak untuk Pokdakan dan peningkatan kapasitas pengelolaan jerami menjadi makanan tradisional atau UKM untuk Buntiku.
Selanjutnya, kelompok ini membentuk kawasan wisata terpadu Kampoeng Kepiting serta pengelolaan sampah oleh Bank Sampah Abhipraya.
"Tak berhenti di situ, dikembangkan pula pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk menyuplai kebutuhan listrik di area wisata dengan energi baru terbarukan," jelas Area Manager Communication, Relations & CSR Kilang Cilacap, Cecep Supriyatna dalam keterangannya.
PLTS berkapasitas 6,6 kilowatt peak (kWp) digunakan untuk penerangan, penggunaan freezer, dan irigasi hidroponik. PLTS ini mampu menurunkan emisi karbon sebesar 8.580 kg setara CO2 per tahun dan menghemat konsumsi listrik sebesar Rp 13 juta per tahun.
Program Mamaku terbukti memberikan kontribusi pada lima poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s), yaitu Tanpa Kemiskinan, Kesetaraan Gender, Air Bersih dan Sanitasi Layak, Energi Bersih dan Terbarukan, serta Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait