Mengungkap Peran Vitamin D dalam Infeksi Covid-19

Tim iNews
Ilustrasi Covid-19.(Foto: Dok MNC Media)

Saat ini, pandemi Covid-19 telah memasuki tahun ketiga, dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.  

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa hingga tanggal 3 Maret 2022 terdapat total 5.564.448 kasus  dengan 4.861.415 atau 87,4% di antaranya telah dinyatakan sembuh. 

Sebanyak 554.698 atau 10% kasus berada dalam status aktif. Saat ini, pedoman tatalaksana kasus Covid-19 menyebutkan pemberian Vitamin D sebesar 1000-5000 IU per harinya pada penderita Covid-19.

Vitamin D adalah turunan dari molekul steroid yang merupakan salah satu turunan dari kolesterol. Terdapat dua bentuk aktif dari vitamin ini, yaitu vitamin D2 (erkalsitriol) dan vitamin D3 (kalsitriol). 

Aktivasi vitamin D dilakukan oleh hormon paratiroid. Bentuk tidak aktif dari Vitamin D2 disebut ergokalsiferol, dan berasal dari turunan senyawa kolesterol yang banyak ditemukan pada ragi dan tanaman. Vitamin D3 sendiri berasal dari turunan senyawa 7-dehidrokolesterol dalam bentuk tidak aktifnya. 

Golongan vitamin inilah yang paling banyak ditemukan pada kulit manusia. Pada ginjal, vitamin D dikonversi menjadi bentuk aktif yang disebut 1,25-dihydroxycholecalciferol, atau lebih sering disebut sebagai kolekalsiferol.

Vitamin D merupakan satu-satunya jenis vitamin yang diproduksi tubuh. Vitamin D dihasilkan lewat dua jalur yaitu melalui asupan makanan atau suplemen dan melalui jalur biosintesis provitamin D menjadi vitamin D dengan bantuan sinar matahari di kulit. Kedua jalur ini saling berhubungan karena jalur biosintesis di kulit dapat berlangsung jika terdapat bahan baku provitamin D yang diperoleh dari makanan. 

Secara umum, vitamin D berfungsi dalam pembentukan tulang dan gigi, membantu penyerapan kalsium, dan berperan dalam menjaga sistem kekebalan tubuh manusia. Fungsi inilah yang bermanfaat dalam mengatasi infeksi Covid-19 melalui beberapa mekanisme berikut ini.

Vitamin D merangsang pembentukan cathelicidin dan β-defensin, suatu elemen antimikroba, yang mencegah virus memasuki sel pada saluran nafas. Denagn demikian, virus tidak memiliki ruang untuk berkembang biak. 

Vitamin D juga mendorong terjadinya proses autofagi, yaitu proses biologis di mana tubuh mengeliminasi sel yang rusak akibat terinfeksi oleh virus. Lebih jauh lagi, vitamin D membantu mengaktivasi sel T, sel B, makrofag, dan sel dendritik di saluran nafas untuk mengeliminasi virus yang masuk. 

Editor : EldeJoyosemito

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network