PURWOKERTO,iNews.id - Tradisi Nyadran atau Sadranan masih tetap lestari hingga kini. Masyarakat yang menjalani tradisi Nyadran terutama warga Jawa Tengah (Jateng) dan Yogyakarta. Nyadran sesungguhnya adalah ziarah kubur menjelang Ramadhan. Ada juga yang disertai dengan kenduri bersama.
Mengutip dari berbagai sumber, Sadranan atau Nyadran berasal dari bahasa Sansekerta, sraddha. Sraddha berarti keyakinan. Nyadran sendiri diartikan sebagai tradisi pembersihan makam dan ziarah kubur oleh masyarakat Jawa, umumnya di pedesaan.
Sementara dalam bahasa Jawa, Nyadran berasal dari kata sadran yang artiya ruwah syakban. Nyadran dalam budaya Jawa berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur.
Waktu prosesi Nyadran berbeda-beda antara daerah yang satu dengan lainnya. Tetapu biasanya pada bulan Rajab atau saat datangnya bulan Sya'ban.
Dalam ziarah kubur, warga membawa bunga untuk ziarah, terutama bunga telasih. Bunga telasih digunakan sebagai lambang adanya hubungan yang akrab antara peziarah dengan arwah yang diziarahi.
Editor : EldeJoyosemito