SEMARANG, iNewsPurwokerto.id - Perekonomian Jawa Tengah tetap menunjukkan pertumbuhan positif meskipun menghadapi tantangan global. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi provinsi ini pada 2024 mencapai 4,95% (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan beberapa provinsi lain di Pulau Jawa seperti Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Timur.
"Perekonomian nasional juga masih solid dengan pertumbuhan 5,03% (yoy) pada 2024, lebih baik dibandingkan beberapa negara lain seperti Singapura (4,3%), Arab Saudi (4,4%), dan Malaysia (4,8%)," ungkap Rahmat dalam acara Angkring (updAte iNformasi dan perkembanGan eKonomi RegIonal jateNG) yang digelar di Kantor Perwakilan BI Jateng, Semarang, secara hybrid, Senin (17/2/2025).
Menurut Rahmat, ketahanan ekonomi Jawa Tengah ditopang oleh kuatnya permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,15% (yoy) dan investasi yang meningkat 6,55% (yoy). Kinerja positif ini juga didukung oleh pertumbuhan di sektor industri pengolahan dan konstruksi, yang masing-masing menyumbang 1,16% dan 0,84% terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi.
Meski pertumbuhan ekonomi tetap kuat, Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar -0,46% (month to month/mtm) pada Januari 2025, sejalan dengan tren di wilayah Pulau Jawa. Penurunan harga didorong oleh penurunan tarif listrik, harga bawang merah, telur ayam, mobil, dan tarif kereta api.
Namun demikian, BI mengingatkan adanya potensi kenaikan harga beras, cabai merah, dan cabai rawit akibat curah hujan tinggi di awal tahun serta meningkatnya permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Menyikapi hal ini, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah telah melakukan koordinasi intensif, termasuk melalui High Level Meeting (HLM) dan Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) pada 12 Februari 2025.
Untuk menjaga stabilitas harga, langkah-langkah strategis yang akan diambil diantaranya perluasan program "Simanis" (Sinergi Inflasi Semakin Harmonis), pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM) serentak, peningkatan pengawasan stok pangan dan percepatan tanam menjelang Idul Fitri.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, transaksi digital di Jawa Tengah terus meningkat pesat sepanjang 2024. Transaksi Uang Elektronik (UE) naik 18,73% (yoy) dengan nilai Rp30,6 triliun, sementara penggunaan QRIS melonjak 385,12% (yoy) dengan 411,3 juta transaksi senilai Rp40,7 triliun.
"Digitalisasi sistem pembayaran semakin berkembang, baik untuk transaksi masyarakat maupun pemerintah daerah," ujar Rahmat.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait