3. Jenderal AM Hendropriyono
Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono memiliki kisah heroik lolos dari maut saat menjalankan misi memburu pimpinan pasukan Barisan Rakyat (Bara) Sukirjan alias Siauw Ah San dalam operasi pembersihan PGRS/Paraku pada tahun 1973.
Dalam biografi "Operasi Sandi Yudha", dikisahkan bagaimana Kapten Hendropriyono harus merayap sejauh 4,5 kilometer di rimba Kalimantan yang lebat. Setibanya di persembunyian Siauw Ah San, Hendropriyono dengan berani memerintahkan pemberontak itu untuk menyerah.
Namun, Siauw Ah San menolak mentah-mentah. Tanpa gentar, Hendropriyono memberikan komando serbu dan langsung mendobrak jendela tempat persembunyian. Dalam aksi cepat itu, anggota tim Hendro, Abdullah alias Pelda Ahmad Kongsenlani, mengalami luka parah di perut akibat sabetan bayonet Siauw Ah San.
Reaksi cepat Hendropriyono terlihat saat ia melemparkan pisau komandonya ke arah Siauw Ah San. Sayangnya, lemparan itu meleset dan hanya mengenai dada kanan pemberontak, menyebabkan luka ringan.
"Saat itu saya tanpa senjata di tangan dan harus merebut bayonet dari Siauw Ah San. Sedangkan pistol masih terselip di belakang bawah punggung," ungkap Hendro.
Dengan tenang namun sigap, Hendropriyono mundur beberapa langkah, kemudian melompat tinggi dan menendang dada Siauw Ah San. Meski terjatuh, pemberontak itu masih sempat menghujamkan bayonet ke paha kiri Hendropriyono. "Ngilu rasanya baja dingin itu menembus daging dan menusuk tulang paha saya. Daging saya tersembul keluar dan darah mengalir dari paha kiri kaki," katanya.
Siauw Ah San kembali menyerang, mencoba menusuk dada kiri Hendropriyono. Dengan insting bertahan yang kuat, Hendropriyono melindungi dirinya dengan tangan kiri, yang langsung terkoyak hingga daging lengan dan hasta kirinya sobek. Darah kembali mengalir deras. Tangan kanannya dengan cepat bergerak merebut bayonet, mengakibatkan kelima jarinya terluka parah, bahkan jari kelingking kanannya nyaris putus.
Menahan rasa sakit yang luar biasa akibat luka-luka tersebut, Hendropriyono berhasil mencabut pistolnya dan menembakkannya ke tubuh Siauw Ah San. "Dor, saya tembak Siauw Ah San dengan dua kali tarikan picu tapi hanya satu peluru yang melesat menembus perutnya karena yang satu lagi macet. Siauw Ah San pun terhuyung-huyung," kenangnya.
Dalam kondisi terluka parah, Hendropriyono berhasil membanting Siauw Ah San hingga terjatuh, dan nyawanya pun selamat dari bahaya maut.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait