Kisah Operasi Mapenduma 1996, Ketika Prabowo Subianto Pimpin Pembebasan Sandera WNA 

Sucipto
Danjen Kopassus Brigjen TNI Prabowo Subianto di Papua saat Operasi Mapenduma pada 1996. Salah satu prajuritnya ketika itu, Serka Bayani, anggota Kopassus yang merupakan putra asli Papua. (Foto: Instagram/Prabowo Subianto).

"Bayani adalah contoh kecerdasan lokal yang tak tergantikan oleh teknologi," ungkap Prabowo dalam catatannya.

Operasi Mapenduma dihadapkan pada tantangan besar. Minimnya peralatan pengintai, seperti satelit dan drone, ditambah ketiadaan peta topografis akurat, membuat pengambilan keputusan menjadi sangat riskan. 

Saat itu, TNI hanya mengandalkan peta buatan tangan dan analisis intelijen lapangan.

Menjelang operasi dimulai, tim dari Inggris yang ikut memantau situasi melaporkan telah menyelundupkan alat pemancar sinyal (beacon) saat mengirim bantuan melalui Palang Merah Internasional. 

Sinyal dari beacon tersebut mengarah ke koordinat baru yang tidak masuk dalam enam titik sasaran awal tim intelijen.

Namun, Prabowo menghadapi dilema: apakah akan mengikuti koordinat berdasarkan teknologi asing, atau tetap berpegang pada hasil analisa timnya? Ia lantas memanggil Serka Bayani untuk menilai informasi tersebut. 

Dengan tegas, Bayani menolak lokasi baru itu. Ia menyebut tempat itu terlalu tinggi dan tidak memiliki sumber air, sehingga mustahil digunakan sebagai tempat penampungan sandera.

Editor : EldeJoyosemito

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network