"Bayani adalah contoh kecerdasan lokal yang tak tergantikan oleh teknologi," ungkap Prabowo dalam catatannya.
Operasi Mapenduma dihadapkan pada tantangan besar. Minimnya peralatan pengintai, seperti satelit dan drone, ditambah ketiadaan peta topografis akurat, membuat pengambilan keputusan menjadi sangat riskan.
Saat itu, TNI hanya mengandalkan peta buatan tangan dan analisis intelijen lapangan.
Menjelang operasi dimulai, tim dari Inggris yang ikut memantau situasi melaporkan telah menyelundupkan alat pemancar sinyal (beacon) saat mengirim bantuan melalui Palang Merah Internasional.
Sinyal dari beacon tersebut mengarah ke koordinat baru yang tidak masuk dalam enam titik sasaran awal tim intelijen.
Namun, Prabowo menghadapi dilema: apakah akan mengikuti koordinat berdasarkan teknologi asing, atau tetap berpegang pada hasil analisa timnya? Ia lantas memanggil Serka Bayani untuk menilai informasi tersebut.
Dengan tegas, Bayani menolak lokasi baru itu. Ia menyebut tempat itu terlalu tinggi dan tidak memiliki sumber air, sehingga mustahil digunakan sebagai tempat penampungan sandera.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait